Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Impor Februari Batu Bara China Turun 47%, Belanda Siap Tutup Pembangkit Listrik

Impor batu bara China pada Februari turun tajam dari bulan sebelumnya, setelah perusahaan utilitas menghentikan pembelian dengan alasan ketidakpastian atas kebijakan Beijing tentang pengiriman yang datang dari luar negeri, sementara liburan tahun baru selama sebulan juga memotong bisnis komoditas itu.
Tempat penampungan batu bara./Bloomberg-Andrew Harrer
Tempat penampungan batu bara./Bloomberg-Andrew Harrer

Bisnis,com JAKARTA - Impor batu bara China pada Februari turun tajam dari bulan sebelumnya, setelah perusahaan utilitas menghentikan pembelian dengan alasan ketidakpastian atas kebijakan Beijing tentang pengiriman yang datang dari luar negeri, sementara liburan tahun baru selama sebulan juga memotong bisnis komoditas itu.

Kedatangan batu bara hampir setengahnya pada Februaru menjadi hanya 17,6 juta ton, turun 47% dari Januari sebesar 33,50 juta ton, sebuah perhitungan Reuters berdasarkan data Administrasi Umum Kepabeanan

Pelemahan inu datang di tengah kisaran besar dalam volume impor dalam beberapa bulan terakhir, yang menurut para pedagang di seluruh Tiongkok mencerminkan kebijakan pemerintah tidak dapat diprediksi mengenai impor. Impor Januari sendiri tiga kali lipat dari kedatangan Desember tahun lalu, bulan yang terpantau level terendah dalam tujuh tahun.

“Impor Februari lebih rendah dari yang saya harapkan,” kata George Huang, seorang analis batubara yang berbasis di Guangzhou dengan konsultasi khusus batubara, Falcon Info dikutip dari Reuters, Jumat (8/3/2019).

Dia menambahkan, liburan tahun baru telah memperlambat kegiatan di atas pemeriksaan panjang pada impor batu bara.

Pada perkembangan lain, pemerintah Belanda akan menutup salah satu dari lima pembangkit listrik tenaga batu bara tahun depan, empat tahun lebih awal dari yang direncanakan, untuk membantu mencapai tujuan iklimnya, stasiun penyiaran Belanda RTL melaporkan pada Kamis (7/3/2019) waktu setempat.

Keputusan tersebut mengikuti perintah pengadilan 2018 yang menginstruksikan pemerintah untuk memastikan emisi gas rumah kaca berkurang dari level pada 1990 setidaknya menjadi 25% pada akhir 2020.

Para peneliti pada Januari mengatakan, pemerintah kemungkinan akan melewatkan tujuan itu karena emisi karbon dioksida (CO2) di Belanda diperkirakan hanya 21% lebih rendah tahun depan daripada 1990.

Rencana saat ini menyerukan agar dua pembangkit listrik tenaga batu bara tertua di negara itu ditutup pada 2024 dan untuk tiga lainnya berhenti beroperasi pada 2030.

Tetapi sebagai bagian dari dorongan untuk mematuhi putusan pengadilan, pemerintah pada Jumat (8/3) akan memutuskan untuk menutup pabrik Hemweg di Amsterdam, yang dimiliki oleh Vattenfall Swedia, tahun depan, sumber-sumber pemerintah mengatakan kepada RTL.

Vattenfall dan kementerian Urusan Ekonomi Belanda tidak dapat segera dihubungi untuk dimintai komentar.

Vattenfall tahun lalu mengatakan akan mematuhi undang-undang dan menutup pabrik Amsterdam pada 2024. Perusahaan dua tahun lalu mengatakan bersedia menutup pabrik pada 2020 dengan imbalan 55 juta euro setara US$ 62 juta.

Pabrik Vattenfall yang ditutup, yang dibangun pada 1994, akan memangkas emisi CO2 di Belanda hampir 2 juta ton, sedangkan Belanda perlu menyingkirkan 9 juta ton untuk mencapai tujuan tahun depannya.

Penghematan lebih lanjut perlu datang dari menutup pembangkit listrik tenaga batu bara lain, langkah-langkah penghematan energi seperti menurunkan batas kecepatan, meningkatkan isolasi rumah dan menaikkan harga energi, kata para ahli.

Pemerintah telah mengatakan akan mempresentasikan rencananya untuk mencapai tujuan 2020 pada bulan April, sekitar waktu itu juga karena memutuskan bagaimana tujuan akhir mengurangi separuh emisi CO2 pada 2030 dan melarangnya pada tahun 2050 harus dicapai.

Ketidakpastian atas biaya langkah-langkah ini telah menempatkan pemerintah Perdana Menteri Mark Rutte di bawah tekanan menjelang pemilihan, dijadwalkan pada 20 Maret mendatang. Dalam hal ini koalisi tampaknya akan kehilangan mayoritas senatnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dika Irawan

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper