Bisnis.com, JAKARTA — Harga seng jatuh pada perdagangan awal pekan seiring dengan dibukanya kembali perdagangan di pasar China setelah satu pekan libur memperingati tahun baru Imlek dan kekhawatiran pasar terkait perlambatan pertumbuhan ekonomi global.
Mengutip riset harian Bank ANZ, putraran perundingan perdagangan baru antara AS dan China akan dimulai awal pekan ini di Beijing akan menjadi perhatian pasar, setelah serangkaian perundingan terbaru berakhir di Washington pekan lalu tanpa kesepakatan.
“Tidak adanya pertemuan yang direncanakan antara kedua kepala negara baik Presiden AS Donald Trump maupun Presiden China Xi Jinping sebelum batas waktu kesepakatan 1 Maret telah membayangi sentimen pada harga logam tersebut," tulis Bank ANZ seperti dikutip dari Reuters, Senin (11/2/2019).
Harga seng di bursa Shanghai pada penetupan perdagangan Senin (11/2/2019) menyentuh level terendahnya dalam dua minggu terakhir bergerak di zona merah dan melemah 2,06% atau turun 460 poin menjadi 21.845 yuan per ton.
Sementara harga seng pada penutupan perdagangan bursa London pekan lalu Jumat (8/2/2019), melemah 0,99% menjadi US$2.704 per ton.
Melemahnya harga seng di bursa London juga diperburuk dengan menguatnya dolar AS akibat permintaan aset investasi aman yang juga meningkat.
Baca Juga
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Senin. (11/2/2018) pukul 18.48 WIB, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback dihadapan mata uang major bergerak menguat 0,10% atau naik 0,0940 poin menjadi 96,7310.