Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Imbas Rencana Penurunan Emisi Pemerintah China, Harga Seng Bergerak Naik

Dilansir dari Bloomberg pada Selasa (23/3/2021), harga seng dengan kontrak tiga bulan terpantau naik 1,02 persen ke US$2.866 per metrik ton di London Metal Exchange (LME). Harga seng berjangka sempat menyentuh level tertinggi dalam dua tahun pada perdagangan di Shanghai.
Gulungan kabel tembaga di pabrik Uralelectromed OJSC Copper Refinery yang dioperasikan oleh Ural Mining and Metallurgical Co. di Verkhnyaya Pyshma, Rusia, Selasa (7/3/2017)./Bloomberg-Andrey Rudakov
Gulungan kabel tembaga di pabrik Uralelectromed OJSC Copper Refinery yang dioperasikan oleh Ural Mining and Metallurgical Co. di Verkhnyaya Pyshma, Rusia, Selasa (7/3/2017)./Bloomberg-Andrey Rudakov

Bisnis.com, JAKARTA – Harga seng memimpin penguatan pada komoditas logam dasar seiring dengan sentimen penguatan pasar baja dan prospek berkurangnya pasokan.

Dilansir dari Bloomberg pada Selasa (23/3/2021), harga seng dengan kontrak tiga bulan terpantau naik 1,02 persen ke US$2.866 per metrik ton di London Metal Exchange (LME). Harga seng berjangka juga sempat menyentuh level tertinggi dalam dua tahun pada perdagangan di Shanghai.

Adapun, harga seng juga diuntungkan oleh harga baja canai panas (hot rolled coil) yang mencatat level tertinggi sejak diperdagangkan pada Shanghai Futures Exchange pada 2014 lalu. Selain itu, biaya pemrosesan yang dipatok oleh smelter seng juga turun ke level terendahnya dalam dua tahun lebih seiring dengan ketatnya pasokan logam ini.

Riset dari Huatai Futures menyebutkan, penurunan berkelanjutan dari biaya pemrosesan ini akan menekan margin keuntungan smelter yang ada. Hal tersebut membuat smelter-smelter tersebut dapat memangkan produksi.

Logam-logam seperti seng, alumunium, dan baja juga diuntungkan dari rencana China yang akan memperluas pembatasan produksi baja pada sejumlah wilayah produsen utama. Sebagai informasi, seng digunakan untuk mencegah munculnya karat pada baja.

Laporan lembaga riset Mysteel menyebutkan, Kota Tangshan yang merupakan salah satu produsen baja utama di China akan membatasi produksi pada sejumlah pabrik hingga akhir 2021. Hal ini merupakan upaya pemerintah China untuk mencapai emisi karbon 0 pada 2060 mendatang.

Sementara itu, harga tembaga juga naik 0,6 persen ke US$9.108,50 per metrik ton di LME. Riset dari RBC Capital Markets menjelaskan, kondisi fundamental masih mendukung penguatan harga tembaga. Reli harga ini dibutuhkan dalam jangka panjang guna memastikan para produsen dapat memenuhi permintaan yang terus meningkat.

“Pasar tembaga masih tetap ketat, yang ditambah dengan pertumbuhan permintaan, akan menjaga kenaikan harga untuk beberapa tahun. Kenaikan imbal hasil dan penguatan dolar AS sedikit menghambat reli harga, tetapi fundamentalnya masih tetap kuat,” demikian kutipan laporan tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper