Bisnis.com, JAKARTA – Harga seng terkoreksi selama empat sesi beruntun seiring dengan melonjaknya pengiriman bijih seng ke China yang mengurangi kekhawatiran terhadap keterbatasan pasokan.
Dilansir dari Bloomberg pada Rabu (21/4/2021), harga seng sempat terkoreksi hingga 1,1 persen hingga ke level US$2.784,50 per ton di London Metal Exchange (LME). Sementara itu, harga seng di bursa Shanghai juga anjlok 1,5 persen ke 21.410 yuan per ton.
Data dari General Administration of Customs mencatat, jumlah impor bijih seng ke China pada Maret 2021 adalah sebesar 361.743 metrik ton. Nilai impor tersebut naik 34 persen secara month on month.
Laporan dari Jinrui Futures Co. menyebutkan, kenaikan impor China mengurangi kekhawatiran pasar terhadap kemungkinan pemangkasan output seng pada smelter-smelter di China. Adapun, saat ini smelter di China tengah menikmati margin pemrosesan yang cukup rendah dalam beberapa tahun terakhir menyusul keterbatasan pasokan bijih seng.
Laporan tersebut melanjutkan, pergerakan harga seng di LME cenderung stagnan ditengah ekspektasi terhadap melimpahnya pasokan. Menurut laporan tersebut, harga seng memang harus terkoreksi agar dapat menyamai tingkat permintaan yang ada.
“Dalam jangka menengah, pergerakan harga seng masih akan bearish,” demikian kutipan laporan tersebut, Rabu (21/4/2021).
Baca Juga
Sementara itu, spekulan pada pasar LME juga berbondong-bondong menarik posisi bullish pada komoditas seng. Akibatnya, posisi net bullish untuk seng anjlok ke titik terendah dalam 9 bulan terakhir.
Adapun, komoditas logam lainnya diperdagangkan variatif, dengan harga tembaga terpantau stagnan serta harga alumunium menguat 0,3 persen.