Bisnis.com, JAKARTA—Emiten pertambangan logam PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) menargetkan penghematan operasional hingga US$50 juta atau sekitar Rp700 miliar dalam tiga tahun.
Nico Kanter, CEO dan Presiden Direktur Vale Indonesia, menyampaikan, perusahaan berupaya mengelola biaya secara hati-hati. Pada awal 2018, manajeman meluncurkan program tantangan US$50 juta target pengurangan biaya dalam tiga tahun.
“Sejak saat itu, perseroan telah melakukan serangkaian inisiatif untuk menghilangkan pemborosan operasional dan untuk meningkatkan efisiensi. Upaya itu telah berhasil menyumbang US$10,8 juta dari target US$50 juta pada tahun 2018,” paparnya, dikutip Sabtu (2/2/2019).
Konsumsi HSFO tahun 2018 per metrik ton nikel dalam matte yang diproduksi menurun sementara konsumsi batubara meningkat bila dibandingkan dengan 2017. Hal ini disebabkan oleh inisiatif konversi batubara yang menyumbang total penghematan sebesar US$40,1 juta pada 2018.
Konsumsi diesel per metrik ton di tahun 2018 meningkat dibandingkan tahun 2017. Hal ini mencerminkan konsumsi yang lebih tinggi pada tahun 2018 untuk mengoperasikan unit alat berat akibat volume material yang dipindahkan lebih banyak.
Belanja modal pada tahun 2018 adalah sekitar US$99,0 juta, naik dari US$68,5 juta pada tahun 2017. Kas dan setara kas Perseroan pada 31 Desember 2018 adalah sebesar US$301,1 juta, meningkat sebesar USS$79,5 juta dari saldo 31 Desember 2017.
Sebelumnya, Direktur Vale Indonesia Febriany Eddy menuturkan, harga nikel cenderung positif membaik pada tahun ini seiring dengan peningkatan permintaan. Diperkirakan 60%--70% konsumsi nikel global diserap oleh industri stainless steel.
Selain itu, secara umum harga komoditas logam global seperti nikel juga terimbas isu perang dagang antara Amerika Serikat dan China. Hal ini berefek negatif dari sisi permintaan.
Febriany menuturkan, selain memacu pendapatan melalui peningkatan produksi, perusahaan melakukan upaya efisiensi beban modal dari sisi bahan bakar. Efisiensi dilakukan melalui proyek konversi batu bara dari sebelumnya High Sulphur Fuel Oil (HSFO).
Dia menjelaskan, perhitungan efisiensi tersebut berdasarkan selisih harga bila konsumsi HSFO dengan menggunakan batu bara.