Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Terkerek, Rupiah Tambah Lesu

Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berlanjut pada perdagangan hari kedua berturut-turut, Jumat (21/12/2018).
Karyawan memegang mata uang dolar AS di tempat penukaran valuta asing, Jakarta/JIBI-Felix Jody Kinarwan
Karyawan memegang mata uang dolar AS di tempat penukaran valuta asing, Jakarta/JIBI-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA – Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berlanjut pada perdagangan hari kedua berturut-turut, Jumat (21/12/2018).

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot berakhir melemah 80 poin atau 0,55% di level Rp14.553 per dolar AS, dari level penutupan Kamis (20/12) ketika terdepresiasi 34 poin atau 0,24% ke level Rp14.473 per dolar AS.

Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mulai berlanjut ketika dibuka melemah 30 poin atau 0,21% di level Rp14.503 per dolar AS pagi tadi. Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak di level Rp14.464 – Rp14.553 per dolar AS.

Menurut Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia, Ahmad Mikail, pelemahan rupiah pada perdagangan hari ini didorong oleh pelemahan di pasar saham AS.

“Hal ini kemungkinan masih akan mendorong capital outflow dari pasar saham Indonesia dan menekan rupiah,” jelasnya dalam riset.

Bursa Wall Street Amerika Serikat (AS) terus melemah pada perdagangan Kamis (20/12/2018), sehari setelah Federal Reserve mengindikasikan berlanjutnya penaikan suku bunga pada tahun depan terlepas dari tanda-tanda pertumbuhan ekonomi global yang tersendat.

Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup merosot 1,99% atau 464,06 poin di level 22.859,6, indeks S&P 500 melemah 1,6% atau 40,14 poin di 2.466,82, sedangkan indeks Nasdaq Composite berakhir melorot 1,63% atau 108,42 poin di level 6.528,41.

Seperti yang telah diantisipasi, The Fed mengerek suku bunga acuannya (Fed Funds Rate/FFR) sebesar 25 basis poin (bps) ke kisaran 2,25%-2,50% dalam pertemuan kebijakan moneter yang berakhir Rabu (19/12).

Akan tetapi, bank sentral AS tersebut juga memproyeksikan dua kali penaikan suku bunga pada 2019 dan satu kali penaikan pada 2020.

Pandangan yang diperlihatkan The Fed memicu kekhawatiran pelaku pasar mulai dari kawasan Asia hingga Eropa. Sejumlah indeks saham utama turun ke level terendahnya dalam dua tahun setelah investor ramai-ramai beralih kepada obligasi pemerintah.

Jorge Mariscal, kepala investasi emerging market di UBS Global Wealth Management, berpendapat kenaikan suku bunga The Fed kemungkinan akan meredam minat investor untuk aset-aset berisiko di seluruh dunia.

“Orang-orang mengkhawatirkan pertumbuhan dan dengan mendengar bahwa The Fed tidak (khawatir) membuat pasar risau. Pada gilirannya, ini akan mendukung dolar AS dan menjadi kabar negatif untuk pasar negara berkembang pada umumnya,” ujar Mariscall, seperti dikutip Reuters.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, aksi jual bersih atau net sell oleh investor asing berlanjut pada perdagangan hari ini, dengan membukukan net sell sebesar Rp830,29 miliar.

Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback terhadap sejumlah mata uang utama terpantau menguat 0,293 poin atau 0,30% ke level 96,569 pada pukul 18.17 WIB.

Pergerakan indeks dolar sebelumnya dibuka di zona hijau dengan kenaikan 0,108 poin atau 0,11% di level 96,384, setelah pada perdagangan Kamis (20/12) berakhir melemah 0,759 poin atau 0,78% di posisi 96,276.

Dolar AS memperoleh sedikit dorongan kenaikan dari pasar obligasi dengan imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun berada di 2,80%, di bawah level tertingginya dalam lebih dari tujuh tahun di kisaran 3,2% yang disentuh pada November.

Meski demikian, pelemahan rupiah hari ini masih kalah dari rupee India yang membukukan pelemahan terdalam di antara sejumlah mata uang di Asia. Nilai tukar rupee terpantau melemah 0,63% terhadap dolar AS pada pukul 18.26 WIB.

Sementara itu, nilai tukar beberapa mata uang lainnya mampu terapresiasi terhadap dolar AS, dipimpin won Korea Selatan dan peso Filipina, masing-masing sebesar 0,43% dan 0,34%.

Dilansir dari Bloomberg, penguatan nilai tukar won Korsel dan peso Filipina mendapat dukungan dari anjloknya harga minyak mentah pada Kamis (20/12) di tengah kekhawatiran mengenai prospek ekonomi global untuk tahun depan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper