Bisnis.com, TASIKMALAYA -- Emiten perikanan PT Central Proteina Prima Tbk. (CPRO) akan mengandalkan bisnis pakan ikan dalam menggenjot pendapatan pada tahun depan.
Head of Corporate Communication Department Central Proteina Prima Adi Mandala memaparkan pada tahun depan, perusahaan akan fokus mengembangkan kapasitas yang sudah ada, khususnya dari segmen bisnis pakan, dan memastikan pelayanan kepada klien dapat semakin baik.
“Kalau [rencana] ekspansi belum karena kami baru menambah kapasitas di pabrik yang di Sidoarjo. Mudah-mudahan cukup untuk dua tahun ke depan,” katanya di sela-sela Group Sales Meeting (GSM) yang diadakan oleh Central Proteina Prima di Tasikmalaya, Jawa Barat (Jabar), Selasa (18/12/2018).
Acara GSM yang mempertemukan perwakilan emiten berkode saham CPRO itu dengan mitranya, yakni petani pembudidaya ikan, diharapkan dapat menggenjot penjualan pakan ikan perseroan ke depannya. Pasalnya, Tasikmalaya dinilai memiliki potensi besar untuk bisnis penambakan ikan.
Kemitraan tersebut pun telah dibentuk sejak 2015 ketika produksi ikan nila hitam di Tasikmalaya hanya berkisar 5-6 ton per bulan.
“Saat itu, Central Proteina Prima masih memiliki 5 orang mitra pembudidaya. Sekarang, produksi ikan nila hitam dari Tasikmalaya sudah hampir mencapai 80 ton per bulan dan telah bermitra kurang lebih dengan 50 orang mitra pembudidaya binaan,” imbuh Adi.
Sampai saat ini, segmen bisnis pakan ikan memang masih memberikan kontribusi terbesar ke dalam neraca pendapatan Central Proteina Prima.
Per September 2018, pendapatan perusahaan tercatat naik 16,68% secara tahunan menjadi Rp5,58 triliun dari Rp4,78 triliun. Sementara itu, laba bersih mencapai Rp1,74 triliun, berbalik dari rugi bersih sebesar Rp2,33 triliun pada September 2017.
Peningkatan kinerja terutama didorong oleh penjualan pakan senilai Rp4,22 triliun dan produk makanan sebesar Rp1,06 triliun. Masing-masing segmen meningkat dari posisi per September 2017 sebesar Rp3,72 triliun dan Rp812,64 miliar.
CPRO yang memiliki 5 pabrik pakan ikan dengan kapasistas 660.000 ton per tahun sebelumnya menargetkan penjualan pakan ikan sampai akhir tahun ini sebesar 450.000-500.000 ton.
Untuk tahun depan, Adi menilai implikasi Tahun Politik akan tampil sebagai tantangan bagi perusahaan. Selain itu, pergerakan dolar AS juga akan dicermati oleh perseroan karena sejauh ini perusahaan masih banyak mengimpor, khususnya produk bungkil kacang kedelai (soybean mill).