Bisnis.com, JAKARTA -- Investasi saham menjadi salah satu instrumen yang bisa memberikan imbal hasil tinggi. Meskipun, dari sisi risiko juga tinggi.
Ada dua jenis karakter orang berinvestasi pada instrumen saham yakni, investor atau trader.
Perbedaan mencolok dari keduanya adalah gaya menempatkan dana investasi.
Investor cenderung lebih pasif dalam menempatkan dana investasinya. Maksudnya, investor hanya akan memilih saham-saham yang memiliki fundamental baik. Setelah itu, dia akan mengendapkan uang itu untuk jangka menengah panjang.
Dengan mengincar keuntungan jangka panjang, investor akan mendapatkan tambahan cuan dari dividen saham. Hal itu bisa didapatkan bila saham perusahaan terbuka atau emiten yang dibeli memang rutin membagikan dividen.
Selain itu, keuntungan investor bisa didapatkan dari capital gain setelah mengendapkan saham dalam waktu yang lama.
Baca Juga
Namun, investor bukan berarti tidak punya risiko. Bisa jadi, saham emiten yang dibelinya tiba-tiba bangkrut hingga dilikuidasi.
Selain itu, investor juga bisa mendapatkan risiko capital loss. Jadi, ketika investor ingin menjual sahamnya, tetapi posisi harga sedang merosot hingga rendah dibandingkan harga beli.
Padahal, dia sangat membutuhkan uang tersebut. Akhirnya, investor itu pun terpaksa menjual saham dengan mengambil risiko capital loss tersebut.
Trader Saham
Berbeda dengan investor, trader saham cenderung aktif dalam perdagangan demi bisa menikmati cuan dalam waktu singkat.
Sesuai namanya, trader adalah pedagang yang mengambil untung dari transaksi jual dan beli.
Para trader biasanya menempatkan dana di instrumen saham dalam jangka pendek. Tujuannya adalah untuk bisa mendapatkan capital gain dari saham yang dibeli.
Namun, trader tetap memiliki beberapa risiko seperti, capital loss.
Apalagi, tiba-tiba ada isu yang mendera emiten terkait sehingga harga sahamnya melorot. Akhirnya, para trader nyangkut di saham yang harganya melorot tersebut.
Pada kondisi ini, para trader memiliki dua pilihan yakni, bertahan sampai harga naik melebihi harga beli atau merelakan kerugian dan menempatkan dana pada saham potensial untuk menutupi kerugian.
Selain itu, perbedaan yang paling mencolok antara investor dan trader adalah gaya analisis.
Investor biasanya menganalisis fundamental dari emiten secara menyeluruh. Soalnya, investor akan melihat prospek jangka panjang dari saham yang akan dibelinya.
Adapun, trader cenderung melihat analisis teknikal dalam jangka pendek. Dengan analisis teknikal itu, trader berharap mendapatkan momentum yang bagus untuk beli maupun jual saham.
Kombinasi Trader dan Investor
Berarti, mana yang lebih baik, menjadi investor atau trader?
Sebenarnya, investor dan trader memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Justru, calon investor yang memiliki dana terbatas bisa mengombinasikan gaya trader dan investor. Tujuannya, agar bisa mendapatkan tambahan dana untuk investasi dan cuan secara bersamaan.
Gaya trader saham itu membuka peluang mendapatkan keuntungan dalam jangka dekat. Nah, hasil keuntungan dari trader bisa dimanfaatkan untuk berinvestasi saham sebagai investor.
Di sisi lain, investor kerap mengalami kesulitan ketika mengombinasikan gaya investor dan trader secara bersamaan. Pasalnya, trader saham memberikan keuntungan dalam jangka dekat menjadi godaan untuk terus memburu keuntungan dari transaksi jual beli.
Imbasnya, kalau terlalu terbawa nafsu memburu keuntungan, bukannya makin untung malah buntung.