Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Data Ekspor Kuat, Bursa China Pulih Setelah Amblas

Bursa saham China berhasil bangkit dari pelemahannya yang brutal, setelah data ekspor Tiongkok menunjukkan pertumbuhan yang kuat pada September.
Bursa Shanghai Composite Index/Reuters
Bursa Shanghai Composite Index/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham China berhasil bangkit dari pelemahannya yang brutal, setelah data ekspor Tiongkok menunjukkan pertumbuhan yang kuat pada September.   

Pada perdagangan hari ini, Jumat (12/10/2018), indeks Shanghai Composite berakhir rebound dengan penguatan 0,91% atau 23,45 poin di level 2.606,91.

Indeks Shanghai ditutup terjerembap lebih dari 5% di level 2.583,46, level yang belum pernah terlihat sejak 25 November 2014, pada perdagangan Kamis (11/10).

Indeks CSI 300 di Shenzhen yang berisi saham-saham blue chip ikut rebound bahkan berakhir dengan penguatan 1,49% atau 46,61 poin di level 3.170,73 hari ini, setelah kemarin ambles 4,80% atau 157,48 poin di level 3.124,11, level terendahnya sejak Juli 2016.

Pertumbuhan ekspor China meningkat pesat pada September. Ini menandakan upaya percepatan penjualan ke luar negeri oleh produsen demi menghindari tarif baru yang dikenakan Amerika Serikat (AS).

Berdasarkan data Administrasi Bea Cukai China yang dikutip Bloomberg, ekspor dalam dolar naik 14,5% pada September dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, jauh dari ekspektasi perlambatan sebesar 8,2%. Adapun nilai impor naik 14,3%.

Dengan angka pertumbuhan ekspor-impor tersebut, China mencatat surplus neraca perdagangan sebesar US$31,69 miliar pada bulan September. Sementara itu, surplus perdagangan dengan AS mencapai rekor baru.

Ekspor China telah tumbuh dengan kuat sepanjang tahun bahkan di tengah kebuntuan yang memburuk dengan AS di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump.

Sejumlah perusahaan mempercepat pengiriman ekspor mereka untuk menghemat biaya yang dikeluarkan sebelum tarif impor yang lebih besar ke AS berlaku. Trump telah merencanakan kenaikan tarif menjadi 25% mulai tahun depan.

Sementara itu, pertumbuhan ekspor ke AS meningkat menjadi 14% pada September dari tahun sebelumnya dalam dolar AS, naik dari 13,2% pada Agustus. Di sisi lain, impor dari AS mengalami kontraksi 1,2%, penurunan pertama sejak Februari.

Sepanjang pekan ini, indek Shanghai turun 7,6% dan indeks CSI 300 turun 7,8%, performa mingguan terburuk masing-masing sejak Februari.

Sejalan dengan bursa China, indeks Hang Seng Hong Kong turut rebound bahkan berakhir melonjak lebih dari 2% atau 535,12 poin di level 25.801,49 hari ini. Pada Kamis (11/10), Hang Seng anjlok 3,54% ke posisi 25.266,37.

Meski rebound, Hang Seng telah mencatat penurunan sebesar 2,9% pekan ini, penurunan mingguan ketiga berturut-turut. Berlanjutnya kekhawatiran tentang prospek perdagangan global dan pertumbuhan ekonomi terus meredam sentimen.

Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan tensi perdagangan yang berkelanjutan dapat memangkas pertumbuhan ekonomi Asia hingga 0,9 poin persentase pada tahun-tahun mendatang.

IMF juga memperingatkan bahwa gejolak pasar yang terlihat di pasar negara berkembang dapat memburuk jika Federal Reserve AS dan bank sentral utama lainnya memperketat kebijakan moneter lebih cepat dari yang diperkirakan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper