Bisnis.com, JAKARTA – Harga baja berjangka China melonjak selama tiga sesi berturut-turut karena khawatir akan adanya pengetatan pasokan dari kota produsen baja utama China Tangshan yang sudah mulai menurunkan jumlah produksinya selama 6 pekan.
Tangshan, yang merupakan rumah bagi lusinan produsen baja swasta yang diminta oleh pemerintah China untuk memangkas produksinya dimulai pada 20 Juli lalu hingga 31 Agustus mendatang.
Pemerintah tidak memberikan spesifikasi terkait dengan jumlah produksi yang harus dikurangi, tetapi dua dari keseluruhan pabrik di Tangshan tersebut menyatakan telah mengurangi kapasitas sintering-nya hingga 50% dan mengurangi 30% kapasitas di blast furnace.
Pada perdagangan Senin (23/7) pukul 15.00 WIB, harga baja rebar berjangka Shanghai tercatat naik 34 poin atau 0,85% menjadi 4.013 yuan per ton. Angka tersebut mencatatkan bahwa harga baja rebar Shanghai telah turun 2,68% selama tahun berjalan dan naik sekitar 4,7% dari pekan lalu, tertinggi sejak awal Juni lalu.
Adapun, harga gulungan baja panas naik 0,6% menjadi 4.066 yuan per ton. Sementara itu. Harga baja spot berada pada posisi 4.354,63 yuan per ton pada penutupan perdagangan Jumat (20/7).
“Pembatasan produksi baja China bertujuan memastikan margin produsen baja domestik tetap tinggi,” ujar Grace Wu, Direktur dan Kepala Bank China Fitch Ratings, dikutip dari Reuters, Senin (23/7/2018).
Baca Juga
Rata-rata margin pendapatan pabrik China mencapai kisaran 700 – 800 yuan per ton, tertinggi sejak tahun lalu.
Data resmi Mysteel menunjukkan bahwa tingkat utilitas di blast furnace pabrik baja di seluruh wilayah China naik 0,13% dari pekan sebelumnya menjadi 70,99% pada Jumat (20/7).
Peningkatan tersebut disebabkan oleh perusahaan produsen baja Shanxi yang tetap melanjutkan operasinya sambil melengkapi persyaratan untuk inspeksi pencemaran lingkungan yang dilakukan Pemerintah China.
Wu memberikan peringatan bahwa kebijakan lingkungan China akan menurunkan permintaan karena industri logam tersebut yang mengonsumsi jumlah banyak komoditas baja akan tertahan oleh target emisi dari China. Meskipun demikian, pasokan baja dari China jelas masih akan terus menyusut.
Pejabat lingkungan China mengatakan pada konferensi yang dilakukan Sabtu (21/7) bahwa pembatasan produksi di sektor baja China akan bergilir dari pabrik satu ke pabrik lainnya pada musim dingin mendatang, tergantung dari tingkat emisi masing-masing pabrik.
Sementara itu, pemerintah kota Tangshan menyatakan bahwa kebijakan lingkungan China akan menjadi semakin ketat setidaknya hingga 2020.
Harga bijih besi untuk kontrak teraktif di Dalian Commodity Exchange naik 0,8% menjadi 437 yuan per ton pada perdagangan Senin (23/7). Persediaan mingguan bijih besi impor di pelabuhan China terus bertambah dalam dua pekan berturut, tercatat naik 13.500 ton menjadi 153,65 juta ton karena penurunan permintaan dari Utara China untuk bahan mentah baja.
Adapun, seluruh harga logam dasar di Shanghai kompak menghijau, dengan tembaga naik 590 poin atau 1,22% menjadi 48.390 yuan per ton dan turun 11,89% selama tahun berjalan. Logam seng Shanghai melonjak 350 poin atau 1,66% menjadi 21.475 yuan per ton dan turun 15,40% secara year-to-date (ytd).
Selain itu, aluminium Shanghai juga naik 190 poin atau 1,35% menjadi 14.240 yuan per ton dan tercatat turun 5,69% sepanjang tahun ini.
Harga logam di London Metal Exchange (LME) pada penutupan perdagangan Jumat (20/7) juga terkerek serentak dengan aluminiumnya menguat 28 poin atau 1,40% menjadi US$2.029 per ton, turun 10,54% selama tahun berjalan. Harga tembaga LME naik 82,50 poin atau 1,36% menjadi US$6.147 per ton dan turun 15,17% secara ytd.
Adapun, harga logam seng LME nak 29,50 poin atau 1,16% menjadi US$2.575 per ton, turun 22,42% sepanjang tahun ini. Harga nikel melonjak paling tajam dengan kenaikan sebesar 190 poin atau 1,42% menjadi US$13.530 per ton dan naik 6,03% secara ytd.
Timah hitam juga turut menghijau dengan kenaikan 19 poin atau 0,90% mejadi US$2.135 per ton dan turun 14,17% selama tahun ini. Sementara itu, harga timah justru merosot 10 poin atau 0,05% menjadi 19.485 per ton, turun 2,70% secara ytd.