Bisnis.com, JAKARTA—Setelah gagal dua pekan lalu, lelang surat utang negara (SUN) pada Selasa (22/5/2018) mendulang permintaan yang cukup tinggi dari kalangan investor, yakni lebih dari 3 kali target yang sebesar Rp10 triliun.
Lelang kali ini berhasil mendulang permintaan investor senilai Rp31,47 triliun. Pemerintah pun berkesempatan untuk memenangkan permintaan yang masuk lebih tinggi dari target indikatif, yakni Rp15 triliun.
Seri-seri yang dilelang hari ini yakni 2 seri surat perbendaharaan negara (SPN ) dan 3 seri obligasi negara.
Kelima seri tersebut yakni SPN03180823 (Diskonto; 23 Agustus 2018), SPN12190214 (Diskonto; 14 Februari 2019), FR0064 (6,12500%; 15 Mei 2028), FR0065 (6,62500%; 15 Mei 2033) dan FR0075 (7,50000%; 15 Mei 2038).
Permintaan tertinggi investor dalam lelang kali ini jatuh pada seri FR0064, yakni senilai Rp14,28 triliun. Sementara itu, permintaan pada seri-seri lainnya relatif merata sekitar Rp3,3 triliun hingga Rp5,8 triliun.
Investor terlihat mulai berminat kembali masuk ke pasar setelah yield SUN menyentuh level tertinggi tahun ini. SUN 10 tahun kemarin bergerak hingga mencapai 7,4%, meningkat lebih dari 100 bps dibandingkan akhir tahun 2017.
Hal ini dimanfaatkan investor untuk mendapatkan surat utang dengan yield yang tinggi. Pemerintah memenangkan permintaan pada seri SUN 10 tahun ini, yakni FR0064, senilai Rp6,75 triliun, tertinggi dibandingkan seri-seri lainnya. Yield rata-rata tertimbang yang dimenangkan untuk seri ini yakni 7,467%.
Seperti diketahui, lelang SUN dua pekan lalu hanya mendulang permintaan Rp7,19 triliun. Namun, saat itu pemerintah memutuskan untuk menolak seluruh permintaan yang masuk, lantaran yield yang diminta terlalu tinggi dan tidak sesuai dengan kondisi di pasar sekunder.
Ini merupakan puncak dari tren penurunan permintaan dalam lelang surat berharga negara (SBN) sejak akhir April lalu. Namun, dengan adanya peningkatan permintaan pada lelang hari ini, menunjukkan adanya pemulihan pasar.
Lelang kali ini bahkan melampaui estimasi MNC Sekuritas yang pada awal lelang memperkirakan permintaan yang masuk hanya akan berkisar pada Rp10 triliun hingga Rp20 triliun.