Bisnis.com,JAKARTA — PT Skybee Tbk. akan mengakuisisi perseroan yang bergerak di bidang logistik dan properti guna mendongkrak kinerja keuangan pada 2018.
Presiden Direktur Skybee Dedet Yandrinal menjelaskan bahwa saat ini perseroan tetap menjalankan lini bisnis utama di bidang seluler. Akan tetapi, emiten berkode saham SKYB itu tengah berupaya melakukan diversifikasi dengan mengakuisisi 2-3 perusahaan pada tahun ini.
Dedet memperkirakan dana yang bakal dikucurkan untuk keperluan investasi tersebut berkisar antara Rp200 miliar-Rp300 miliar. Anggaran tersebut masuk ke dalam alokasi belanja modal perseroan tahun ini.
“Sumber dananya dari pinjaman pemegang saham atau pihak ketiga. Mereka sudah komitmen tinggal melaksanakan saja,” ujarnya di Jakarta, Rabu (16/5).
Di sisi lain, dia mengungkapkan suspend oleh otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI) terhadap perdagangan saham perseroan bakal segera dibuka. Hal itu sejalan dengan persyaratan yang telah dipenuhi oleh SKYB seperti pembayaran denda, perbaikan kinerja keuangan, serta prospek bisnis.
Dedet mengatakan SKYB telah kembali mengantongi pendapatan sejak kuartal IV/2017. Kondisi tersebut berlanjut hingga periode kuartal I/2018.
Adapun, sambungnya, pendapatan tersebut berasal dari lini bisnis utama perseroan di bidang seluler dan perangkat pendukung. Strategi itu akan dijalankan dan akan dievaluasi setelah semester I/2018.
Terkait rencana beralih ke bisnis sawit, dia menyebut dilakukan penundaan sementara. Pasalnya, proses negoisasi yang dilakukan dengan pihak terkait belum menemukan titik temu.
“Jadi bisnis utama tetap dijalankan sampai kita lihat pendapatan mana yang paling baik. Paling tidak setelah 6 bulan sampai 12 bulan,” paparnya.
Berdasarkan laporan keuangan kuartal I/2018, SKYB mengantongi pendapatan Rp2,13 miliar. Jumlah itu naik 100% karena pada periode yang sama tahun lalu perseroan tidak mendapatkan pemasukan.
Dari situ, beban pokok pendapatan perseroan tercatat Rp2,12 miliar. Dengan demikian, laba kotor yang dikantongi SKYB Rp10,68 juta pada kuartal I/2018.
Kendati telah mengantongi pendapatan, rugi komprehensif yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk justru melebar. Tercatat, kerugian naik dari Rp194,45 juta pada kuartal I/2017 menjadi Rp352,30 juta.