Bisnis.com, JAKARTA—Emiten pertambangan batu bara PT Baramulti Suksessarana Tbk. (BSSR) akan membagikan dividen final sebesar US$42 juta berdasarkan kinerja tahun buku 2017.
Direktur & Corporate Secretary Baramulti Suksessarana Eric Rahardja menyampaikan, berdasarkan hasil Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), perusahaan setuju membagikan dividen final US$42 juta.
“Jumlah itu setara dengan Rp236,29 per lembar saham,” tuturnya setelah RUPS, Jumat (20/4/2018).
Sebelumnya pada November 2017, BSSR sudah memberikan dividen interim senilai US$25 juta atau setara dengan Rp125,68 per lembar saham. Jadi, total dividen yang diberikan perusahaan berdasarkan kinerja 2017 ialah US$67 juta, atau 80,90% dari total laba bersih US$82,82 juta.
Di samping itu, RUPS memutuskan mengangkat Komisaris Utama PT Antang Gunung Meratus (AGM) Slamet Singgih sebagai Direktur Utama Baramulti Suksessarana. Sebagai informasi, hampir 100% saham AGM dimiliki oleh BSSR. Selanjutnya, Direktur Utama BSSR sebelumnya Khoirudin, kini menjabat sebagai Direktur Baramulti Suksessarana.
Pada 2017, perusahaan membukukan pendapatan US$392,57 juta, naik 61,82% year on year (yoy). Menurut Eric, ini menjadi rekor pendapatan tertinggi sepanjang sejarah perusahaan.
Dia memerkirakan, nilai pendapatan pada 2018 diperkirakan kurang lebih pada seperti tahun sebelumnya. Pasalnya, kinerja keuangan terdampak oleh kebijakan pembatasan harga US$70 per ton untuk pasokan batu bara ke PLN.
"Kami masih mengkaji dampak kebijakan DMO [Domestic Market Ogligation]. Kemungkinan tahun ini akan berat," ujarnya.
Namun demikian, kinerja perusahaan masih akan terbilang positif seiring dengan rencana ekspansi dan efisiensi. Fokus manajemen pada 2018 ialah menambah potensi cadangan batu bara.
Oleh karena itu, pada tahun ini perusahaan mengalokasikan belanja modal senilai US$20 juta, melonjak 202,07% dari realisasi 2017 sebesar US$6,62 juta. Sumber pendanaan 50% berasal dari kas internal, sedangkan 50% lagi dari pinjaman perbankan.
Dalam 5 tahun terakhir, rasio utang terhadap ekuitas perseroan selalu menurun hingga mencapai 40% pada 2017. Menurutnya, Debt to Equity Ratio yang ditargetkan sekitar 1 kali, sehingga perusahaan akan kembali mengakses pinjaman perbankan.
Rincian penggunaan capex pada 2018 ialah US$7 juta untk eksplorasi, pembelian mesin dan alat baru US$6,2 juta, pengembangan infrastruktur utama US$3,5 juta, dan infrastruktur penunjang US$3,5 juta.