Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil menetap di zona hijau pada akhir sesi I perdagangan hari ini, Rabu (4/4/2018), saat bursa saham di Asia bergerak variatif.
IHSG naik tipis 0,03% atau 1,85 poin ke level 6.230,87 di akhir sesi I, setelah rebound saat dibuka dengan kenaikan 0,19% atau 11,97 poin di level 6.240,98.
Adapun pada perdagangan Selasa (3/4), IHSG turun 0,19% atau 11,56 poin dan berakhir di level 6.229,01. Sepanjang perdagangan hari ini IHSG bergerak pada kisaran 6.225,24 - 6.250,14.
Sebanyak 181 saham menguat, 147 saham melemah, dan 244 saham stagnan dari 572 saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Enam dari sembilan indeks sektoral IHSG bergerak di zona hijau dengan support utama sektor industri dasar (+0,55%) dan tambang (+0,34%). Adapun sektor aneka industri yang melemah 0,39% memimpin koreksi tiga sektor lainnya.
Dalam risetnya, Oso Sekuritas memproyeksikan IHSG akan bergerak menguat cenderung terbatas di kisaran 6.200 - 6.252 pada perdagangan hari ini.
Baca Juga
Tim analis Oso Sekuritas menyebutkan prediksi itu melihat IHSG yang ditutup melemah sebesar 0,2% di level 6.229 dengan candle bullish pada perdagangan kemarin.
Candle bergerak di area inside bar candle dengan indikator Stochastic bullish, MACD histogram bergerak ke arah positif serta volume meningkat tipis.
Sementara itu, indeks saham lainnya di Asia Tenggara bergerak variatif siang ini, dengan indeks FTSE Straits Time Singapura (-0,60%), indeks PSEi Filipina (+0,03%), indeks SE Thailand (-0,93%), dan indeks FTSE Malay KLCI (-0,18%).
Di Jepang, indeks Nikkei 225 dan Topix masing-masing terpantau naik 0,22% dan 0,23%. Indeks Kospi Korea Selatan melorot 1,27%, sedangkan indeks Shanghai Composite dan CSI 300 China masing-masing menguat 0,70% dan 0,76%.
Dilansir Bloomberg, bursa Asia bergerak variatif saat para pedagang menantikan respons China terhadap perkembangan terbaru atas meningkatnya tensi perdagangan dengan Amerika Serikat (AS).
Pada Selasa (3/4) waktu setempat, pemerintahan Trump mengumumkan tarif impor sebesar 25% atas sekitar 1.300 produk teknologi industri, transportasi, dan medis dari China dengan nilai mencapai US$50 miliar.
Kementerian Perdagangan China pun bereaksi menyatakan mengecam serta menentang rencana pengenaan tarif AS tersebut dan akan mengambil langkah-langkah balasan lebih lanjut.