Bisnis.com, JAKARTA - Laba bersih PT Sarana Meditama Metropolitan Tbk. pada tahun lalu melonjak cukup tajam. Dari laporan keuangan yang dipublikasikan, Kamis (22/3/2018), emiten berkode SAME itu berhasil mencatatkan laba neto mencapai Rp72,01 miliar.
Capaian tersebut melonjak cukup drastis yakni sekitar 386% dibandingkan dengan laba bersih yang dicatatkan perseroan pada tahun sebelumnya. Pada 2016, perusahaan yang menaungi Omni Hospitals ini meraup laba neto senilai Rp14,79 miliar.
Kenaikan laba itu disebabkan oleh pendapatan jasa yang sepanjang tahun lalu tercatat mencapai Rp775,56 miliar, naik sebesar 22,13% dibandingkan pendapatan jasa pada 2016 yang hanya senilai Rp635,02 miliar.
Beban pokok pendapatan pada tahun lalu mencapai Rp418,92 miliar, naik sebesar 23,48% dibandingkan 2016 yang hanya Rp339,25 miliar. Alhasil, laba bruto perseroan naik sebesar 20,58% dari Rp295,76 miliar pada 2016 menjadi Rp256,63 miliar pada tahun lalu.
Total beban usaha perseroan pada tahun lalu juga meningkat dibandingkan dengan sebelumnya, yakni sebesar 11,4% dari Rp179,21 miliar pada 2016 menjadi Rp199,65 miliar pada tahun lalu. Adapun, laba usaha pada tahun lalu menembus Rp156,98 miliar, naik sebesar 34,69% dibandingkan 2016 yang hanya Rp116,55 miliar.
Perubahan yang signifikan juga terjadi pada beban lain-lain perseroan yang pada tahun lalu hanya tercatat Rp60,37 miliar atau turun sebesar 32,41% dibandingkan dengan beban pada tahun sebelumnya yang mencapai Rp89,33 miliar.
Dengan demikian, laba sebelum beban pajak penghasilan SAME mencapai Rp96,6 miliar. Angka tersebut naik sebesar 255% dibandingkan capaian pada tahun sebelumnya yang tercatat hanya mencapai Rp27,21 miliar.
Sementara itu, total aset perseroan juga terus meningkat. Hingga akhir tahun lalu total nilai aset SAME mencapai Rp1,71 triliun, naik sebesar 18,12% dibandingkan nilai aset per akhir 2016 yang hanya mencapai Rp1,45 triliun.
Total aset lancar pada akhir tahun lalu senilai Rp203,62 miliar, naik 69,21% dibandingkan per akhir 2016 yang senilai Rp120,33 miliar. Adapun aset tidak lancar meningkat sebesar 13,52% dari Rp1,33 triliun pada 2016 menjadi Rp1,51 triliun pada akhir tahun lalu.