Bisnis.com, JAKARTA—Pengamat pasar modal PT Samuel Sekuritas Indonesia Muhamad Alfatih mengungkapkan, pekan lalu IHSG mendapat tekanan karena rilis data inflasi AS yang di atas ekspektasi. Namun, pelaku pasar kemudian memahami kenaikan inflasi tersebut menunjukkan adanya pertumbuhan ekonomi Paman Sam.
Sentimen tersebut berimbas positif terhadap ekonomi global sehingga bursa global kembali menghijau. Adapun, dari sisi internal, pasar pekan ini mendapatkan sejumlah kabar baik dari kinerja emiten dan data ekspor impor.
Terkait rencana Fed menaikan suku bunga, Alfatih menilai sentimen tersebut sudah diantisipasi oleh pelaku pasar. Namun, jika hasil FOMC di luar proyeksi konsensus, ada kemungkinan pasar saham bergejolak.
“Kenaikan suku bunga Fed sudah diperhitungkan oleh pasar. Hanya yang dipertanyakan berapa kali kenaikannya,” tuturnya dihubungi kemarin, Senin (19/2/2018).
Menurutnya, faktor domestik masih akan menjadi pendorong kenaikan IHSG dalam jangka panjang. Selama indeks bertahan di atas support 6.575, harga cenderung bergerak menanjak.
Namun demikian, Alfatih mengakui banyak yang beranggapan level IHSG yang mendekati level 6.700 pada awal tahun di luar perkiraan sehingga rentan mengalami koreksi. Pasalnya, sejumlah sekuritas memberikan target IHSG 2018 di kisaran level 6.700—7.200.
Baca Juga
“Koreksi-koreksi [IHSG] wajar mungkin ada dalam jangka pendek. Pasar juga menunggu adakah kemungkinan sekuritas menaikkan target IHSG-nya,” ujarnya.
Dia sendiri berpendapat, dalam jangka menengah atau beberapa bulan ke depan, IHSG berpeluang meningkat menuju level 6.700—6.800.