Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Aksi Profit Taking Menekan Harga Kontrak Nikel

Perdagangan nikel jatuh paling banyak dalam 2 bulan karena positifnya data pekerjaan AS yang memicu lonjakan dolar telah mendorong aksi jual di pasar logam mulia dan logam dasar seiring dengan naiknya persediaan global.
Ilustrasi./Bloomberg
Ilustrasi./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Perdagangan nikel jatuh paling banyak dalam 2 bulan karena positifnya data pekerjaan AS yang memicu lonjakan dolar telah mendorong aksi jual di pasar logam mulia dan logam dasar seiring dengan naiknya persediaan global.

Tercatat, pada penutupan perdagangan Jumat (2/2/2018), harga nikel di London Metal Exchange (LME) merosot 5,8% menjadi US$13.185 per ton, mundur dari level tertinggi dua tahun yang terjadi pada awal pekan lalu.

Analis menilai pelemahan ini dikarenakan investor bereaksi terhadap reli dolar AS paska rilis data NFP pada Jumat (2/2) dan pandangan fundamental yang dipicu oleh kenaikan output di negara produsen nikel terbesar keenam di dunia, yaitu Indonesia.

“Aksi jual pada Jumat menyoroti kerentanan aset berisiko seperti komoditas terhadap kekuatan dolar AS,” kata analis ICBC Standard Bank Marcus Garvey, dilansir dari Bloomberg, Senin (5/2/2018).

Logam yang digunakan pada baja tahan karat ini menanggung beban kerugian karena semua logam kecuali timah jatuh di LME. Tembaga merosot 1,1%, menahan kenaikan mingguan, sementara emas turun paling banyak dalam 8 pekan menyusul minyak mentah yang juga merosot.

Sebelumnya, komoditas logam ini sempat mencapai level terendah di US$10.740 per ton, namun kemudian menguat karena tumpukan stok di LME turun ke level terendah dalam 3 tahun di samping lonjakan manufaktur global mendorong prospek permintaanya.

“Kekhawatiran pasokan telah kembali pada pekan ini karena output mencapai rekor tertinggi di produsen Indonesia PT Aneka Tambang [Antam],” kata Colin Hamilton, Managing Director for Commodities Research di BMO Capital Markets.

Antam menjual 2,8 juta ton bijih nikel basah pada 2017, naik 285% dari tahun sebelumnya. Adapun produksi feronikel naik 7% mencapai rekor 21.762 ton nikel dalam feronikel (TNi).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Eva Rianti
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper