Bisnis.com, JAKARTA— PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. (KRAS) menunggu momentum kenaikan harga sebelum mengeksekusi rencana aksi hak memesan efek terlebih dahulu atau rights issue.
Direktur Keuangan Krakatau Steel (KS) Tambok Setiawati menjelaskan bahwa perusahaan telah melakukan perhitungan sejak tahun lalu untuk aksi right issue 10% saham. Akan tetapi, menurutnya tahun lalu bukan momentum tepat bagi perusahaan pelat merah itu untuk menjalankan aksi korporasi tersebut.
Tambok mengungkapkan pihak perseroan menginginkan harga saham pada saat right issue dilaksanakan lebih tinggi dibandingkan dengan aksi sebelumnya. Pada 2016, perusahaan mematok harga Rp525 per saham.
“Pastinya kami akan jual di atas harga kemarin, waktu itu sudah Rp525. Pokoknya, menguntungkan bagi KS,” jelasnya kepada Bisnis.com, baru-baru ini.
Pada akhir perdagangan Rabu (31/1/2018), saham KRAS ditutup pada level harga Rp515 per saham.
Emiten berkode saham KRAS tersebut memiliki sisa 10% saham yang dapat dikeluarkan melalui right issue. Jumlah tersebut merupakan sisa dari izin yang diberikan oleh pemerintah untuk melepas total 30% saham kepada publik.
Baca Juga
Pada 2016, KRAS melakukan right issue dengan menerbitkan 3,57 miliar lembar saham atau sebesar 18,46% dari modal ditambahkan dan disetor setelah Penambahan Modal dengan HMETD tersebut. Krakatau Steel mengincar dana Rp1,87 triliun dari aksi korporasi tersebut.