Bisnis.com, JAKARTA - Di saat pemerintah China memangkas output baja, Rusia sebagai produsen baja terbesar kelima di dunia justru memanfaatkan keuntungan dengan meningkatkan produksinya.
Berdasarkan data Reuters, pembuat baja Rusia meningkatkan produksinya pada 2017. Kondisi itu di tengah kenaikan harga karena pasokan susut dan pertumbuhan permintaan setelah mengalami penurunan selama dua tahun.
Dua perusahaan produksi baja NLMK/Novolipetsk baja dan Evraz Group SA pada pekan ini melaporkan output pada 2017 naik 3% dengan rivalnya Severstal melaporkan produksinya yang hanya stabil.
Kemajuan tersebut terjadi karena ekonomi Rusia mulai pulih, sementara produsen global teratas China mengekang output dalam upaya mengatasi polusi udara di kawasan Beijing.
Hal itu menunjukkan fenomena bahwa hembusan udara segar tidak hanya didapat oleh Beijing, tetapi juga oleh Negeri Beruang Merah.
“China mundur dan mengurangi perannya di pasar global. Hal itu telah menciptakan peluang besar bagi perusaan baja Rusia,” kata Senior Analis Societe Generale SA Sergey Donskoy.
Donskoy menuturkan bahwa pihaknya tidak terkejut jika beberapa waktu ke depan, perusahaan baja Rusia akan menunjukkan pertumbuhan lebih lanjut seiring dengan peluang yang ada tersebut.
Kendati demikian, Kirill Chuyko dari lembaga riset BCS mengatakan bahwa sumber keuntungan Rusia tersebut akan segera berakhir. Pasalnya, kemungkinan terjadi perubahan arah kebijakan China pada pertengahan 2018 dan pertumbuhan baja global.
“Harga baja kemungkinan akan turun 25% dengan harga batu bara kokas mendapat pukulan yang lebih besar lagi,” lanjutnya.