Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

TIPS INVESTASI: The Fed Kerek Bunga, Apa Dampak Bagi IHSG & Rupiah?

Keputusan bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin berdampak bagi dunia, termasuk indeks harga saham gabungan (IHSG) dan rupiah. Apa saja?
the Federal Reserve di Washington D.C./Ilustrasi-en.wikipedia.org
the Federal Reserve di Washington D.C./Ilustrasi-en.wikipedia.org

Bisnis.com, JAKARTA--Keputusan bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin berdampak bagi dunia, termasuk indeks harga saham gabungan (IHSG) dan rupiah. Apa saja?

Kepala Riset PT Reliance Securities Tbk., Robertus Yanuar Hardy, menuturkan the Fed baru saja menaikkan rentang suku bunga dari 0,25% - 0,50% menjadi 0,50% - 0,75% menjelang penghujung tahun 2016 ini. Sedangkan, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menahan suku bunga 7-Days Reverse Repo (7DRR) Rate pada 4,75%.

"Kami melihat keputusan The Fed justru dapat membawa kepastian bagi investor yang sudah sekian lama dibuat berspekulasi mengenai kapan AS akan mengetatkan kebijakan moneternya," katanya, Jumat (16/12/2016).

Menurut dia, data-data statistik menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi negeri Paman Sam tersebut sudah mulai berjalan menuju pemulihan yang cukup signifikan di sepanjang tahun 2016.

Dia menjelaskan, secara keseluruhan pihaknya masih optimistis untuk menatap tahun depan. Sebab, perekonomian Indonesia serta kinerja pasar modal akan ditopang oleh sektor komoditas dan potensi peningkatan belanja pemerintah.

Adapun target IHSG tahun depan berdasarkan asumsi pertumbuhan EPS 5% - 10%, serta P/E Ratio 18x – 19x berada pada skenario moderat cenderung Optimistis, yaitu pada level 5.700 – 6.000.

Akan tetapi, skenario pesimistis dapat berlaku apabila semua asumsi tidak berjalan sesuai harapan. Terutama, masih ada potensi ancaman dari ketidakpastian global, terkait kebijakan ekonomi dan moneter AS di bawah pemerintahan baru, dampak Brexit terhadap Inggris dan Uni Eropa, serta potensi perubahan kebijakan ekonomi China dalam merespon pergantian kekuasaan AS.

Berikut panduan bagi investor pada 2017 setelah The Fed resmi mengerek suku bunga acuan:

1. Indeks dolar yang mengukur return mata uang dolar AS terhadap beberapa mata uang utama lainnya di dunia sudah mengalami peningkatan yang cukup signifikan, dan mencapai puncaknya setelah The Fed benar-benar mengumumkan kenaikan suku bunga untuk yang kedua kalinya dalam 1 dekade terakhir, dan berencana untuk menaikkannya hingga 3 kali pada tahun 2017 mendatang.

2. Pelemahan rupiah dalam beberapa hari terakhir bukan hanya disebabkan oleh penguatan dolar AS, namun juga karena masih keluarnya arus modal di mana investor asing masih mencatatkan penjualan bersih.

3. Kedua hal tersebut membuat Reliance memberikan outlook positif kepada sektor-sektor industri yang kemungkinan dapat diuntungkan oleh pelemahan rupiah terhadap dolar, yaitu sektor komoditas terutama pertambangan mineral, batu bara, dan perkebunan kelapa sawit, yang berpotensi mengalami peningkatan kinerja karena sebagian besar penjualan masih ditujukan kepada pasar ekspor yang menjanjikan penerimaan dalam mata uang asing (dolar).

4. Dari makro ekonomi, Reliance masih optimistis dengan pertumbuhan ekonomi tahun 2017 mendatang yang diperkirakan dapat mencapai 5,1% - 5,2%. Meskipun masih ada ancaman kenaikan inflasi akibat potensi kenaikan harga BBM menyusul kenaikan harga minyak dunia, serta peningkatan cukai rokok, dia cukup optimistis inflasi masih akan terjaga pada kisaran 4% - 4,5% sehingga suku bunga dapat bertahan di level sekarang.

5. Adapun potensi kenaikan inflasi lebih tinggi diperkirakan dapat diredam dengan rencana pemerintah untuk menerapkan kebijakan 1 harga atas BBM bersubsidi di seluruh negeri, sehingga beberapa daerah di luar Jawa diperkirakan dapat mengalami deflasi.

6. Meskipun defisit anggaran tahun ini diperkirakan dapat mencapai lebih dari 2,5% terhadap PDB, namun tahun depan dia optimistis angka ini dapat ditekan dibawah 2,5%, terutama apabila melihat kesuksesan program Tax Amnesty, yang selain sudah menghasilkan Rp100 triliun uang tebusan, juga dapat menjamin transparansi nilai aset wajib pajak sehingga diharapkan dapat meningkatkan jumlah setoran pajak ke depannya.

7. Apabila defisit anggaran dapat menurun dengan cukup signifikan akibat potensi kenaikan penerimaan pajak dan kebijakan fiskal lainnya, maka ada kemungkinan bagi S&P untuk menaikkan peringkat utang Indonesia.

8. Potensi perbaikan pada anggaran negara tahun depan juga akan membuat pemerintah lebih leluasa untuk melaksanakan pembangunan infrastruktur, apalagi jika ditambah dengan realisasi beberapa program untuk turut menggandeng pihak swasta di dalam skema Public Private Partnership (PPP), serta rencana sekuritisasi aset BUMN.

9. Untuk itu, Reliance juga merekomendasikan sektor industri yang terkait konstruksi dan infrastruktur, terutama BUMN, karena diperkirakan dapat memperoleh manfaat dari meningkatnya pendanaan proyek, serta perampingan struktur melalui rencana pembentukan holding BUMN.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sukirno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper