Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah analis optimistis Indeks harga saham gabungan (IHSG) akan ditutup positif pada akhir tahun ini setelah sentimen negatif Donald J. Trump mereda.
Direktur Utama PT Mandiri Sekuritas Silvano Rumantir menuturkan koreksi yang terjadi sepanjang bulan November diakibatkan oleh faktor global seiring suksesi Donald J. Trump yang terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat.
"Kita tidak perlu khawatir, fundamental Indonesia cukup kuat. Kami optimistis, IHSG sudah oke, fokus ke fundamental saja," katanya kepada Bisnis.com, Jumat (2/12/2016).
Pada perdagangan Jumat (2/12/2016), IHSG ditutup naik 0,91% sebesar 47,2 poin ke level 5.245,96. Pekan ini, IHSG melejit 2,61% dari 5.122,1 pekan sebelumnya.
Investor asing masih mencatatkan aksi jual bersih (net sell) senilai Rp275,98 miliar. Penjualan saham oleh investor asing mencapai Rp2,66 triliun dengan pembelian Rp2,38 triliun.
Pekan ini, investor asing masih melanjutkan pelepasan portofolio yang telah terjadi sejak November 2016. Catatan net sell sepekan mencapai Rp3,2 triliun dan mengikis perolehan net buy sepanjang tahun berjalan menjadi Rp19,36 triliun.
Silvano menjelaskan terpilihnya Donald Trump sebagai presiden negara kuat, berdampak luas bagi pasar modal di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Akan tetapi, dia optimistis akan terjadi window dressing pada sisa akhir tahun ini. Dia mengingatkan, tren window dressing di IHSG bukanlah hal baru dan harus dilihat secara keseluruhan sejak awal tahun.
Menurutnya, tren IHSG sejak awal tahun terjadi peningkatan yang signifikan lebih dari 13%. Sebagai sekuritas terbesar di Indonesia, kata dia, Mandiri Sekuritas optimistis memandang pergerakan IHSG hingga akhir tahun. "Kami optimistis tutup tahun di note positif," tuturnya.
Secara terpisah, Robertus Yanuar Hardy Kepala Riset PT Reliance Securities Tbk. mengatakan, penguatan IHSG dalam waktu 3-4 hari terakhir terbilang sementara. Penguatan itu belum dapat dikonfirmasi sebagai tren kenaikan.
"Level seperti ini masih riskan, mengingat penurunan yang terjadi di November cukup dalam," kata dia.
Berbaliknya tren IHSG ke arah uptrend dinilai belum terjadi. Reliance masih menunggu pengumuman bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve yang akan menaikkan suku bunga acuan pada 14 Desember 2016.
Setelah The Fed mengumumkan kebijakan suku bunga acuan, Bank Indonesia akan menyesuaikan pada hari berikutnya melalui BI Rate. Bila ada gejolak di pasar global, sambungnya, proyeksi IHSG akhir tahun ini dipastikan akan ada penyesuaian.
Rebound yang terjadi di IHSG dinilai masih belum terlihat didorong oleh saham-saham di sektor mana. Secara teknikal maupun fundamental, penguatan IHSG masih tipis akibat dimanfaatkan pelaku pasar menjelang libur akhir tahun.
Pelaku pasar dinilai tengah berspekulasi dan masih akan volatil menjelang pengumuman The Fed dan BI. Volatilitas pasar modal global diproyeksi cukup tinggi dan rawan terjadi dinamika.
"Penguatan yang terjadi belakangan itu spekulatif saja, ekspektasi bahwa tanggal 14 Desember akan ada kenaikan suku bunga The Fed, dolar AS masih akan menguat. Kita lihat nilai tukar rupiah," tuturnya.