Bisnis.com, JAKARTA—PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk. membidik pendapatan di kisaran Rp500 miliar hingga Rp600 miliar dengan laba 10% dari total revenue. Target itu ingin dicapai dengan meningkatkan produksi pada semester II/2016.
Henry Priantoro, Direktur Keuangan Kertas Basuki Rachmat Indonesia mengakui jika kinerja keuangan pihaknya pada kuartal I/2016 belum sesuai harapan. Pada periode tersebut emiten bersandi KBRI itu membukukan penjualan bersih Rp14,54 miliar dengan rugi Rp18,54 miliar.
Pendapatan tersebut merosot tajam yaitu sekitar 58,9% jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp35,42 miliar. Pada tri wulan pertama 2015 perseroan mencatatkan rugi Rp41,22 miliar
Menurutnya, kinerja keuangan kuartal II/2016 pun tak berbeda jauh dari periode Januari-Maret tahun ini. Hal itu dikarenakan ada masalah pada suku cadang mesin yang menghambat produksi. Di sisi lain, utilisasi kapasitas produksi pun masih terbatas.
“Kami sudah siapkan suku cadang baru untuk mesin. Pada semester II/2016 kami pun akan tingkatkan produksi dari 2.000 ton hingga 3.000 ton per bulan menjadi 12.000 ton hingga 15.000 ton per bulan dan saat itu tercapai optimistis pendapatan mencapai Rp500 miliar hingga Rp600 miliar,” katanya, Senin (27/6).
Sementara itu, untuk mengoptimalkan kapasitas produksi pihaknya pun menganggarkan modal kerja hingga Rp100 miliar yang berasal dari pinjaman bank. Dengan modal kerja tambahan pihaknya dapat menambah bahan baku produksi sehingga utilisasi bisa ditingkatkan.
Saat ini kapasitas terpasang perseroan bisa mencapai 18.000 ton per bulan. Manajemen emiten produsen kertas kemasan itu pun optimistis dengan naiknya utiliasasi dapat membukukan laba tahun ini.
Berkaca dari tahun lalu, pendapatan perseroan hanya Rp241,2 miliar dengan rugi Rp155,74 miliar. Dia mengungkapkan, dari tahun lalu hingga awal tahun ini perseroan kesulitan mencatatkan laba karena biaya produksi khususnya listrik yang tinggi.
“Sebenarnya dengan produksi 5.000 ton per bulan atau 12.000 ton per bulan biaya listriknya hampir sama. Jadi saat utilisasi tinggi pada semester II/2016 margin kami akan meningkat karena memang semakin tinggi produksi semakin efisien,” terangnya.
Sebagai gambaran, pada kuartal I/2016 beban pokok penjualan yang dikeluarkan perseroan mencapai Rp41,15 miliar. Dari jumlah itu beban energi menjadi salah satu yang terbesar yaitu mencapai Rp9,84 miliar atau setara 23,91%.
Dia menambahkan, pihaknya berusaha mendongkrak kinerja tak terlepas dari pasar kertas kemasan yang sedang tumbuh khususnya di sektor makanan dan minuman. Saat ini sekitar 90% produk perseroan diperkirakan diserap industri makanan dan minuman.
Di sisi lain, belum terpakainya kapasitas produksi dengan optimal membuat pihaknya tidak menganggarkan belanja modal tahun ini. Sebabnya, belanja modal akan dianggarkan perseroan jika melakukan ekspansi produksi.