Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan harga emas terpantau kembali menghampiri level tertingginya dalam lebih dari lima minggu pada perdagangan hari ini, Rabu (15/6/2016), setelah dibuka dengan pelemahan.
Harga emas kontrak Juni dibuka turun sebesar 0,08% atau 1 poin ke posisi US$1.284,60 pagi tadi. Pelemahan harga emas kemudian menipis sebesar 0,05% atau 0,60 ke level 1.285 pada pukul 11.48 WIB.
Pada perdagangan kemarin (14/6/2016), harga emas sukses ditutup menguat meski tipis sebesar 0,09% atau 1,20 poin ke 1.285,60, level tertinggi dalam lebih dari lima minggu.
Seperti dilansir Bloomberg hari ini, pergerakan harga emas kembali menuju kisaran 1.285 seiring adanya penghindaran resiko yang membebani pasar finansial menjelang referendum Brexit untuk menentukan keanggotaan Inggris di Uni Eropa.
Hal ini mendorong para investor untuk memilih aset-aset yang lebih aman termasuk emas dan logam mulia lainnya.
Selain itu, para pedagang juga mengesampingkan kemungkinan bagi bank sentral AS The Fed untuk menaikkan tingkat suku bunganya pada akhir pertemuannya hari ini.
“Emas telah bergerak naik atas adanya kombinasi kesempatan penaikan suku bunga The Fed yang lebih rendah serta meningkatnya permintaan aset yang lebih aman,” kata Bernard Aw, ahli strategi IG Asia Pte. dalam e-mail, seperti dikutip Bloomberg.
Investor menjadi lebih khawatir akan resiko Brexit ketika survey baru-baru ini menunjukkan pilihan “Keluar” yang lebih banyak, tambahnya, dan meningginya ketidakpastian mendorong mereka untuk berinvestasi lebih banyak ke aset-aset yang lebih aman, termasuk emas.
Bernasib lebih baik dari emas, harga perak kontrak Juli berbalik naik sebesar 0,06% atau 0,011 poin ke US$17,435 per ounce pada pukul 13.41 WIB setelah dibuka dengan pelemahan sebesar 0,14% di posisi 17,400.
Pergerakan perak di Comex Commodity Exchange untuk kontrak Juli 2016:
Tanggal | US$/ounce | Perubahan |
15/6/2016 (Pk. 13.41 WIB) | 17,435 | +0,06% |
14/6/2016 | 17,424 | -0,11% |
13/6/2016 | 17,443 | +0,65% |
10/6/2016 | 17,330 | +0,36% |
9/6/2016 | 17,268 | +1,67% |
Sumber: Bloomberg