Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia memperkirakan rata-rata nilai tukar rupiah tahun ini sekitar Rp13.500-13.800 per dolar Amerika Serikat.
Gubernur Bank Indonesia Agus D.W. Martowardojo mengatakan sepanjang 2016, nilai tukar rupiah relatif stabil dan mengalami apresiasi 1,42% (year to date) yang pada 3 Juni lalu mencapai level Rp13.592 per dolar AS.
“Dengan mempertimbangkan rata-rata hingga 3 Juni sekitar Rp13.440 per dolar AS, kami memperkirakan rata-rata nilai tukar rupiah 2016 sekitar Rp13.500-Rp13.800 per dolar AS,” katanya dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR, Senin (6/6/2016).
Proyeksi bank sentral ini, lanjutnya, masih sejalan dengan usulan pemerintah dalam RAPBN Perubahan 2016 Rp13.500 per dolar AS. Seperti diketahui, dalam APBN 2016, asumsi nilai tukar rupiah dipatok senilai Rp13.900 per dolar AS.
Agus mengatakan stabilitas nilai tukar rupiah tahun ini didukung oleh persepsi positif pasar terhadap perekonomian Indonesia. Walau berada di bawah ekspektasi, capaian pertumbuhan ekonomi pada kuartal I/2016 sebesar 4,92% lebih baik dibanding capaian kuartal I/2015.
Selain itu, imbuhnya, ada pasokan valuta asing yang berorientasi ekspor. Aliran modal hingga akhir Mei masih tercatat positif. Hal ini juga digambarkan masih surplusnya transaksi modal dan finansial karena ada investasi portofolio dan investasi langsung.
“Defisit transaksi berjalan pada kuartal I/2016 juga menunjukkan perbaikanmenjadi 2,1% dari PDB, lebih rendah dibandingkan kuartal IV/2015 sebesar 2,4% dari PDB,” katanya.
Kendati demikian, masih ada risiko yang masih perlu diwaspadai terutama kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS (Fed Fund Rate) dan pelonggaran moneter di negara-negara lain. Risiko ini berpotensi negatif pada stabilitas pasar keuangan global yang pada gilirannya akan memberikan sentimen ke pasar domestik.
“Adanya risiko pembalikan modal sehingga menekan nilai tukar rupiah,” tuturnya.