Bisnis.com, JAKARTA- Indeks harga saham gabungan turun ke bawah level 4.900 sejak awal pekan ini.
Hingga perdagangan siang ini, IHSG masih belum juga terkerek ke level 4.900. Pada pk. 11.12 WIB, IHSG melemah 16,97 poin atau 0,35% ke 4.831,42.
Sejumlah ekonom memperkirakan ada pengaruh tren pelemahan indeks saat memasuki Mei yang dikenal dengan istilah sell in May and go away.
Namun HD Capital meyakini hal itu tidak akan terjadi.
“Tidak akan ada sell in May and go away,” kata Periset Senior HD Capital Yuganur Wijanarko dalam risetnya yang diterima hari ini, Jumat 929/4/2016).
Berikut argumennya:
- Pasar mulai optimistis akan perbaikan pertumbuhan ekonomi RI. Di awal Mei, BPS akan mengumumkan PDB kuartal I/2016 Indonesia yang diprediksi naik di atas 5%. Dikemukakan ekspektasi pasar optmistis bahwa di kuartal IV/2016 bisa mencapai 5,3-5,5% didorong oleh penguatan rupiah, consumer spending (kembalinya daya beli) dan suku bunga BI rate rendah.
- Potensi adanya sovereign rating upgrade: Diperkirakan nanti akan ada kunjungan rating agency S&P ke Jakarta dimana setelah melihat adanya perbaikan data ekonomi di 2015 versus kuartal I/2016 dapat menaikkan rating utang Indonesia menjadi investment grade, sesuatu yang belum terjadi sejak 1997.
- Faktor minyak: Kami melihat harga minyak mentah masih akan mengalami proses kenaikan jangka pendek dengan misi bermain diatas level US$46/barel untuk memperbaiki long term trend yang turun dan menghilangkan potensi untuk turun lebih lanjut ke low US$32/barel
- Kuartal I/2016 membaik. Kinerja perbaikan emitten di kuartal I/2016 cukup baik terutama di HMSP dan TLKM yang menjadi leader market dengan weighting terbesar
- Tax amnesty. Sentimen positif di mulai Mei didorong oleh recenaca tax amensty akan membuat dana asing masuk di bursa terutama di saham big cap index drivers dan lapis dua (properti).