Bisnis.com, JAKARTA - Rupiah meneruskan apresiasi pada Selasa (1/3/2016), menguat bersama mayoritas kurs Asia di tengah penguatan harga minyak.
Rupiah ditutup menguat 28 poin atau 0,21% ke Rp13.347 per dolar AS pada Senin (1/3/2016), titik terkuat sejak 15 Juli 2015.
Pergerakan rupiah sejalan dengan penguatan seluruh kurs Asia di pasar valas, kecuali Jepang. Ringgit mengalami apresiasi tertajam dengan kenaikan 0,81%, diikuti oleh rupee India yang menguat 0,56%.
Tren positif di pasar komoditas minyak mentah adalah pendorong utama penguatan kurs Asia. Brent hari ini sempat menguat hingga 1,31% ke US$37,05 per barel, setelah kemarin ditutup naik US$36,57 per barel.
Rupiah juga terbantu oleh aliran dana yang masuk di proses lelang surat utang negara. Kementerian Keuangan menyerap Rp15,6 triliun dari penjualan 5 seri SUN dan mendapatkan penawaran mencapai Rp26,58 triliun.
Badan Pusat Statistik melaporkan laju inflasi tahunan Februari sebesar 4,42%,meningkat dari inflasi 4,14% pada Januari, sedikit di atas estimasi 4,36%.
Inflasi yang semakin tinggi mendorong yield SUN yang diperdagangkan di pasar sekunder. Data IDMA menunjukkan yield SUN bertenor 2 tahun naik 4 bps menjadi 7,762%, sedangkan yield SUN bertenor 10 tahun naik 1 bps menjadi 8,268%.
“Ekspektasi pemangkasan BI rate bisa sedikit berkurang, apalagi melihat pemerintah yang masih enggan menurunkan harga premium,” kata Rangga Cipta, ekonom dari Samuel Sekuritas.
Pergerakan Rupiah di Bloomberg Dollar Index
Tanggal | Level (Rp/US$) | Perubahan (%) |
1/3/2016 | Rp13.347 | +0,21% |
29/2/2016 | Rp13.375 | +0,05% |
26/2/2016 | Rp13.382 | +0,23% |
25/2/2016 | Rp13.413 | -0,01% |
24/2/2016 | Rp13.412 | +0,12% |
Sumber: Bloomberg