Bisnis.com, JAKARTA— Harga minyak mentah menguat signifikan pagi ini, Rabu (17/2/2016) setelah anjlok pada penutupan perdagangan Selasa.
Patokan AS, minyak West Texas Intermediate (WTI) di New York Mercantile Exchange untuk kontrak Maret 2016 pk. 09.21 WIB menguat 1,34% ke US$29,43 per barel.
Kemarin, WTI ditutup melemah 1,36% ke US$29,44/barel.
Seperti diketahui pasar minyak menyoroti terkait pembicaraan Arab Saudi dan Rusia, yang sepakat untuk menahan produksi minyak.
Sementara itu delegasi OPEC dijadwalkan berkunjung ke Iran pada hari ini untuk bergabung dalam rencana untuk menahan produksi minyak.
Minyak Brent melemah karena investor menunggu tanda-tanda apakah Irak dan Iran akan mengikuti rencana oleh Arab Saudi dan Rusia untuk membekukan produksi di saat global kelebihan pasokan.
Menteri Minyak Iran bertemu dengan delegasi Irak serta produsen OPEC di Venezuela pada Rabu.
"Irak dan Iran adalah dua negara yang akan memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dari negara-negara OPEC tahun ini. Mendapatkan kesepakatan ini akan menjadi sangat sulit," kata Richard Gorry, Managing Director JBC Energy Asia seperti dikutip Bloomberg, Rabu (17/2/2016).
WTI dan Brent kompak berbalik melemah.
WTI melemah 0,45% ke US$28,91 per barel. Brent turun 0,16% ke US$32,13 per barel.
WTI masih bertahan menguat di saat produsen minyak dunia berusaha untuk mencapai kesepatan dalam mengatasi kelebihan pasokan harga minyak mentah dunia.
WTI menguat 0,55% ke US$29,2 per barel
Empat produsen minyak utama dunia sepakat pada Selasa untuk membekukan produksi minyak dalam rangka meningkatkan harga minyak yang merosot.
Perjanjian tersebut menyusul sebuah pertemuan di Doha antara menteri energi Qatar, Arab Saudi, Venezuela dan Rusia.
Mohammed bin Saleh Al Sada, Presiden Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), mengatakan pada konferensi pers bahwa empat menteri "setuju untuk membekukan produksi pada tingkat Januari asalkan produsen utama lainnya menyusul".
Dia menggambarkan pertemuan itu sebagai "keberhasilan" yang mengkaji situasi pasar minyak global saat ini di tengah kelebihan pasokan, menekankan bahwa "langkah ini dimaksudkan untuk menstabilkan pasar."
Al Sada mengatakan pembicaraan intensif akan dimulai dengan anggota OPEC dan produsen non-kartel, termasuk Irak dan Iran, dalam upaya untuk menstabilkan pasar minyak dan menguntungkan produsen minyak serta ekonomi global.
"Jika negara-negara ini setuju untuk proposal, itu akan dilaksanakan," katanya seperti dikutip Antara, Rabu (17/2/2016).
Menteri Perminyakan Venezuela Eulogio Del Pino mengatakan kepada wartawan bahwa ia dan Al Sada akan bertemu pada Rabu dengan rekan-rekan mereka dari Irak dan Iran di Teheran untuk membahas usulan pembekuan produksi.
"Pembekuan sekarang di tingkat Januari adalah memadai untuk pasar," kata Menteri Perminyakan Saudi Ali al-Naimi.
Dia menjelaskan bahwa pembekuan adalah "awal dari sebuah proses" dan situasi akan dipantau dalam beberapa bulan ke depan untuk "memutuskan apakah kita perlu langkah-langkah lain untuk menstabilkan dan membenarkan pasar".
"Kami tidak ingin perputaran signifikan dalam harga. Kami tidak ingin penurunan pasokan. Kami ingin memenuhi permintaan dan kami ingin harga minyak stabil," tambahnya.
Selama setahun lalu, kartel minyak OPEC memutuskan untuk tidak memangkas produksi, yang memicu penurunan harga minyak ke tingkat terendah dalam sepuluh tahun terakhir atau lebih.
Brent kontrak April 2016 menguat 1,06% ke US$32,52 per barel