Bisnis.com, JAKARTA— Samuel Sekuritas Indonesia memprediksi kurs rupiah atas dolar Amerika Serikat pada perdagangan hari ini, Rabu (13/1/2016) masih menghadapi sejumlah sentimen negatif.
“Pelemahan rupiah berpeluang bertahan di hari ini,” kata Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Rangga Cipta dalam risetnya yang diterima hari ini, Rabu (13/1/2016).
Harga minyak kembali turun, bahkan WTI sempat menembus ke bawah US$30 per barel.
Yuan yang kembali melemah tipis hingga kemarin sore, ujarnya, mendorong pelemahan kurs serentak di Asia.
Bank sentral China (PBoC), selain memasok dolar melalui cadangan devisa, juga mengintervensi melalui interbank market, dengan mengeringkan likuiditas yuan tetapi dengan konsekuensi meningkatkan suku bunga jangka pendek secara drastis.
“Pagi ini ditunggu angka neraca perdagangan Tiongkok, yang diperkirakan menipis surplusnya,” kata Rangga.
Dikemukakan kemarin, rupiah sempat menguat tajam di pembukaan Selasa tetapi akhirnya melemah terbawa arus penguatan dolar di Asia yang masih dipicu ketidakpastian di Tiongkok serta prospek buruk harga komoditas.
“Hal ini tentunya akan mengurangi harapan pemangkasan BI Rate yang pembahasannya oleh BI akan dimulai pada hari ini, dan disimpulkan besok sore,” kata Rangga.