Bisnis.com, JAKARTA-- Sejumlah emiten baru tahun ini masih mencatatkan peningkatan harga saham meski volatilitas di pasar saham cukup tinggi.
Berdasarkan data dari Bloomberg, sekitar 10 dari 16 emiten baru tahun ini mencatatkan pertumbuhan harga saham sejak mereka listing pertama kali. Sepuluh emiten tersebut adalah PT Bank Yudha Bhakti Tbk. (BBYB) yang harga sahamnya naik hingga 195,65%.
Kemudian, PT Mitra Energi Persada Tbk. (KOPI) dan PT Bukaka Teknik Utama Tbk. (BUKK) yang merupakan emiten relisting mencatatkan pertumbuhan harga saham 78,48% dan 10,16%.
Adapun, Mega Manunggal Property Tbk. (MMLP) harga sahamnya juga naik 35,89%. Begitu juga dengan Merdeka CopperGold Tbk. (MDKA) yang naik tipis 1,5%. Pertumbuhan hingga 100% juga dialami oleh PT Mitra Komunikasi Nusantara Tbk. (MKNT), PT Binakarya Jaya Abdai Tbk. (BIKA) dan PT Garuda Metalindo Tbk. (BOLT) dengan masing-masing pertumbuhan 100%,114%, dan 106,36%.
Selain itu, dua emiten terbaru yang belum lama ini melantai, yakni PT Dua Putra Utama Makmur Tbk. (DPUM) dan PT Ateliers Mecaniques D'Indonesie Tbk. (AMIN) juga mencatat pertumbuhan harga saham masing-masing 45,45% dan 2,34%.
Pada sisi lain, harga saham PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk. (MIKA) juga mengalami pertumbuhan yang cukup pesat dari harga perdananya Rp17.000. Sebelum melakukan stock split 10:1, harga saham MIKA sempat menyentuh Rp28.500. Namun demikian, dibandingkan dengan harga saham per Senin (27/10) lalu yang bertengger di posisi Rp2.805, harga saham MIKA per 21 Desember tercatat mengalami penurunan ke level Rp2.305.
Satrio Utomo, Kepala Riset PT Universal Broker Indonesia mengatakan ada sejumlah kemungkinan yang membuat harga saham emiten baru bisa bergerak naik di tengah tingginya volatilitas pasar saham. Pertama, perusahaan melakukan initial public offering/IPO ketika harga saham under value. Kemudian, minat investor terhadap saham tersebut juga tinggi.
“Hal ini membuat harga sahamnya akan naik,” kata Satrio saat dihubungi Bisnis.com, Senin (21/12/2015).
Selain itu, penjamin emisi kemungkinan besar masih menjaga harga sahamnya. Menurutnya, ketika perusahaan baru IPO, wajar saja penjamin emisi melakukan maintaince harga hingga 3 bulan-6 bulan, meski memang ada yang dilepas langsung.
“Pasar saham itu sudah mulai turun sejak awal kuartal II, kalau yang bisa naik artinya mereka cukup bertahan, minat investor terhadap saham-saham tersebut besar. Biasanya setelah IPO ada yang namanya maintance harga saham,” jelasnya.
Kemungkinan tersebut cukup besar mengingat tahun ini hampir semua sektor mengalami penurunan. Sehingga, bagi perusahaan yang harga sahamnya mampu tumbuh, itu sangat bagus. “Menunjukkan minat orang terhadap saham IPO. Tinggal lihat penjamin emisinya, bisa jadi memang penjamin emisinya cukup berkualitas.”
Pada sisi lain, sejumlah perusahaan yakni PT PP Properti Tbk (PPRO), PT Puradelta Lestari Tbk. (DMAS), PT Anabatic Technologies Tbk (ATIC), PT Bank Harda Internasional Tbk (BBHI), dan PT Victoria Insurance Tbk. (VINS) mencatatkan penurunan harga saham.
“Artinya untuk yang turun itu kemungkinan memang tidak dijaga harganya oleh penjamin emisi,” katanya.