Bisnis.com, JAKARTA- Kinerja return reksa dana tahun ini berjalan tidak mulus dan sulit mencapai target. Hanya reksa pasar uang dan pendapatan tetap yang sejauh ini sudah mencapai targetnya.
Berdasarkan data Infovesta Utama (per 18 Desember 2015), sejumlah kinerja return reksa dana periode setahun tercatat sangat rendah. Untuk reksa dana saham, return periode setahun tercatat -15,41%. Kemudian, untuk reksa dana campuran tercatat -7,17%.
Adapun, untuk kinerja return reksa dana pendapatan tetap dan reksa dana pasar uang tercatat positif dengan return masing-masing 3,79% dan 6,51%.
Bila mengacu target return Infovesta yang telah direvisi pada September lalu, terlihat hanya reksa dana pendapatan tetap dan reksa dana pasar uang yang kinerjanya masih sesuai dengan target Infovesta.
Sebagai informasi, Infovesta memang telah merevisi target return reksa dana tahun ini menjadi lebih rendah seiring bergejolaknya pasar saham. Bukan hanya reksa dana saham yang dikoreksi, tetapi target kinerja reksa dana pendapatan tetap dan campuran juga turut dikoreksi.
Infovesta merevisi return reksa dana saham hingga akhir tahun menjadi -9% sampai 6%, reksa dana campuran menjadi -5% sampai -2%, reksa dana pendapatan tetap menjadi 2%-4% dan reksa dana pasar uang tetap di posisi 6%-7%.
Sementara pada awal tahun, Infovesta menargetkan return reksa dana saham sekitar 11%-14%, reksa dana campuran 9%-11%, reksa dana pendapatan tetap 7%-8%, dan reksa dana pasar uang 6%-7%.
Hans Kwee, Direktur Investasi Saran Mandiri mengatakan kinerja return reksa dana saham dan campuran akan sulit capai target karena pasar saham tahun ini sangat berfluktuaktif. Sedangkan, untuk reksa dana pasar uang masih positif karena didorong oleh tingginya suku bunga di dalam negeri.
"Suku bunga masih relatif tinggi ya, reksa dana pasar uang tidak terpengaruh oleh kinerja perekonomian dan pasar saham," kata Hans saat dihubungi BisnIis, Minggu (20/12).
Sementara, untuk kinerja return reksa dana pendapatan tetap, Hans menilai hal tersebut ditopang oleh kinerja pasar surat utang negara (SUN) yang masih stabil. Menurutnya, meski sama-sama bergejolak akibat kondisi perekonomian dalam negeri dan global, kinerja SUN lebih stabil.
"Tidak seperti yang terjadi di saham, langsung terpengaruh," katanya.