Bisnis.com, JAKARTA -- Credit Suisse menyampaikan beberapa kebijakan makroekonomi dan fiskal akan mendukung kinerja pasar modal tahun depan.
Kepala Riset Ekuitas Credit Suisse Jahanzeb Naseer mengatakan tujuh paket stimulus ekonomi, terutama pemotongan jalur birokrasi dan perumusan upah minimum yang lebih terprediksi, akan memperbaiki konsumsi dan belanja modal tahun depan.
"Aspek dari paket stimulus ekonomi yang paling berdampak terhadap siklus pertumbuhan adalah bagaimana paket tersebut memberi ruang gerak bagi kebijakan keuangan serta sistem yang lebih baik untuk pengeluaran fiskal," katanya, Senin (21/12).
Pemangkasan harga gas dan listrik bagi pelanggan industri serta penyaluran beras murah juga akan mendorong daya beli, yang akan sangat membantu mendorong pertumbuhan PDB.
Credit Suisse mengestimasi belanja fiskal akan mendorong peningkatan pendapatan domestik bruto sebesar 20 basis poin setelah turun 200 bps tahun ini.
Kondisi itu, sambung Naseer, dapat menunjang permintaan domestik dan menurunkan inflasi sehingga Bank Indonesia bisa memperlonggar kebijakan moneter. BI diperkirakan menurunkan suku bunga 75 bps menjadi 6,75% sepanjang inflasi di bawah 5% tahun depan.
Di sisi lain, skema pengampunan pajak alias tax amnesty akan mendorong kinerja pasar saham jika benar-benar diimplementasikan. Sistem penalti yang direncanakan 3%-6% dapat menambah signifikan penerimaan pajak hingga Rp40 triliun yang akhirnya berimbas pada belanja pemerintah.
Dengan asumsi penalti 3%, berarti nilai aset yang dideklarasikan mencapai Rp1.300 triliun.
"Credit Suisse percaya, tambahan penerimaan yang dipompa ke dalam ekonomi akan memiliki dampak kuat karena harus diinvestasikan ke berbagai tempatm salah satunya pasar saham," ujar Naseer.