Bisnis.com, BANDUNG - Berdasarkan penyisiran Bursa Efek Indonesia Kantor Bandung di Jawa Barat, setidaknya terdapat 27 perusahaan yang berpotensi dan dipandang layak untuk melantai di pasar modal.
Kepala Kantor Bursa Efek Indonesia (BEI) Bandung Hari Mulyono mengatakan setidaknya terdapat 27 perusahaan di Tanah Priangan dari berbagai sektor yang dinilai sudah laik masuk ke pasar modal.
“Setidaknya segitu jumlah perusahaan yang sudah sangat bisa melantai di bursa. Terdapat sekitar tujuh sektor yang dibidangi perusahaan-perusahaan itu. Saya belum bisa sebut nama-nama perusahaannya,” ujarnya kepada Bisnis, belum lama ini.
Ditanya kendala atau halangan perusahaan bersangkutan masuk ke pasar modal, Hari menerangkan rata-rata dari perusahaan itu mengkhawatirkan perhitungan pajak, terutama perhitungan pada masa lalu.
“Karena untuk masuk pasar modal kan dituntut keterbukaan. Persoalan taxis ini yang menjadi kendala mereka, ada kekhawatiran. Padahal mereka sebetulnya tidak perlu terlalu khawatir karena ini persoalan yang berbeda,” tuturnya.
Menurut dia, mekanisme initial public offering (IPO) atau go public dipandang sebagai tantangan tersendiri bagi sejumlah perusahaan, sehingga jumlah emiten yang berkantor pusat di Jabar hanya tercatat 30 perusahaan.
“Memang tidak mudah untuk go public, karena ini berangkat dari berbagai faktor seperti faktor psikologisnya, ekonominya, dan beberapa hal lain yang mungkin tidak bisa dijelaskan secara ilmiah,” jelasnya.
Fokus BEI saat ini, sebutnya, yaitu merangsang perusahaan-perusahaan yang di Jabar untuk memanfaatkan pasar modal melalui mekanisme go public dengan menyadarkan pasar modal sebagai sumber dana perusahaan yang tidak terbatas.
“Perusahaan-perusahaan tersebut didominasi oleh sektor bank dan tekstil, lalu disusul oleh telekomunikasi dan farmasi. Mudah-mudahan tahun depan dapat meningkat apalagi Jabar seharusnya menjadi motor ekonomi,” ucap Hari.
Upaya penyisiran perusahaan yang berpotensi menjadi emiten di bursa, sejalan dengan rencana BEI meningkatkan perusahaan daerah di luar Kota Jakarta, terutama bagi perusahaan menengah ataupun startup, untuk turut menarik pendanaan dari pasar modal.
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio menegaskan pasar modal sebagai sarana mobilisasi dana jangka panjang bukan hanya diperuntukan bagi perusahaan besar dan tidak hanya terpusat di ibukota negara.
“Pasar modal juga sarana bagi perusahaan kecil. Selain itu, bukan hanya untuk perusahaan di Jakarta, tetapi juga perusahaan yang ada di Papua, di Aceh, di Kalimantan, di seluruh Indonesia. Itu misi dasarnya,” katanya.
Salah satu poin dari 15 kebijakan stimulus dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk sektor pasar modal, yaitu pengembangan usaha kecil dan menengah (UKM) untuk go public, mencakup penyusunan ketentuan untuk pengembangan UKM, serta pembuatan papan khusus untuk UKM.
Tito menerangkan fasilitas yang akan pihaknya siapkan untuk kemudahaan bagi perusahaan skala kecil dan menengah itu, di antaranya dengan membuka kantor cabang penuh sebagai tempat bagi pelaku usaha me-listperusahaannya ke pasar modal.
“Insha Allah bersama OJK, kami akan membuka kantor cabang penuh di Jawa Timur dan tempat lain. Dengan kantor cabang penuh ini, kalau mau listing, pelaku usaha bisa melakukannya di situ saja, cukup,” ujarnya.