Bisnis.com, JAKARTA— Harga CPO di Bursa Malaysia terkoreksi pada awal perdagangan Rabu (30/9/2015) seiring dengan pelemahan ringgit.
Namun, sentimen positif dari penurunan produksi dan kenaikan permintaan India masih menopang kontrak CPO bergerak di kisaran harga tertinggi dalam 15 bulan terakhir.
Kontrak berjangka CPO untuk Desember 2015, kontrak teraktif di Bursa Malaysia, dibuka melemah 0,12% ke harga 2.448 ringgit per ton.
Komoditas tersebut kemudian terus diperdagangkan di zona merah dengan level terendah pada 2.431 ringgit atau Rp8 juta per ton, level tertinggi sejak Juni 2014. Namun, pelemahan CPO menipis menjadi 0,08% ke 2.449 ringgit per ton pada pukul 10.20 WIB.
Koreksi pada harga CPO terjadi seiring apresiasi kurs ringgit di pasar spot. Ringgit menguat 0,25% setelah merosot 7 hari berturut-turut.
Depresiasi ringgit dan penurunan produksi di Indonesia dan Malaysia, penghasil 86% output CPO dunia, membuat CPO rally dalam 6 hari terakhir.
Tren penguatan semakin kuat seiring kenaikan permintaan dari India, konsumen minyak nabati terbesar dunia. India diprediksi mengimpor 15 juta ton dalam setahun ke depan, 10—11 juta ton dalam bentuk CPO.
Pergerakan Harga Kontrak CPO Desember 2015
Tanggal | Level | Perubahan |
30/9/2015 (10.20 WIB) | 2.449 | -0,08% |
29/9/2015 | 2.451 | +2,38% |
28/9/2015 | 2.394 | +2,22% |
25/9/2015 | 2.342 | +4,55% |
23/9/2015 | 2.240 | +2,61% |
Sumber: Bloomberg