Bisnis.com, JAKARTA— Harga CPO di Bursa Malaysia merosot pada awal perdagangan Selasa (29/9/2015), terkoreksi dari harga tertinggi sejak Juli 2014.
Kontrak berjangka CPO untuk Desember 2015, kontrak teraktif di Bursa Malaysia, dibuka melemah 1,5% ke harga 2.358 ringgit per ton. Komoditas tersebut kemudian terus diperdagangkan di zona merah dengan harga terendah di 2.352 ringgit atau Rp7,78 juta per ton.
CPO terkoreksi setelah kemarin menyentuh harga penutupan tertinggi dalam 14 bulan terakhir. Kontrak diperdagangkan naik 2,22% ke harga 2.394 ringgit per ton di penutupan, tertinggi sejak 7 Juli 2014.
Perdagangan CPO di Bursa Malaysia berpeluang mengakhiri rally setelah terus menguat dalam 5 hari terakhir. Tren bullish tersebut dipicu oleh potensi penurunan produksi akibat El Nino di Indonesia dan Malaysia, serta depresiasi tajam rupiah dan ringgit.
Pengaruh cuaca kering akibat fenomena El Nino diperparah oleh kabut asap yang menyelimuti Sumatera, Kalimantan dan Semenanjung Malaya akibat kebakaran lahan.
Rupiah jatuh 2,22% sepanjang pekan lalu, sedangkan ringgit anjlok 4,52%. Ringgit hari ini merosot hingga 1,26% ke 4,4792 per dolar AS di pasar spot, sedangkan rupiah sempat jatuh hingga 154 poin ke Rp14.828 per dolar AS.
Nilai tukar ringgit dan rupiah berpengaruh terhadap daya saing CPO terhadap minyak nabati yang diproduksi negara lain. Indonesia dan Malaysia memproduksi sekitar 86% dari produksi CPO dunia.
Pergerakan Harga Kontrak CPO Desember 2015
Tanggal | Level | Perubahan |
29/9/2015 (10.15 WIB) | 2.360 | -1,42% |
28/9/2015 | 2.394 | +2,22% |
25/9/2015 | 2.342 | +4,55% |
23/9/2015 | 2.240 | +2,61% |
22/9/2015 | 2.183 | +1,49% |
Sumber: Bloomberg