Bisnis.com, JAKARTA— Saham pertambangan bertahan di zona hijau di saat IHSG anjlok bersama rupiah pada jeda siang Rabu (23/9/2015).
IHSG telah anjlok 1,8% atau 78,35 poin pada jeda siang ke level 4.265,69. Indeks terus tertekan sepanjang sesi I pada kisaran 4.265,29—4.308,98.
Tekanan kurs dan kinerja pabrik di China yang semakin buruk membuat IHSG dan indeks lain di Asia tertekan.
Dolar terus menguat setelah beberapa pejabat The Fed memberikan sinyal suku bunga AS tetap naik tahun ini. Rupiah diperdagangkan melemah 134 poin ke Rp14.686 per dolar AS pada pukul 12.09 WIB.
Adapun Caixin China Flash Manufacturing PMI berada pada level 47 di September, level terburuk sejak Maret 2009.
“Memfaktorkan koreksi di bursa global, IHSG melanjutkan tren pelemahannya,” kata Akhmad Nurcahyadi, analis dari Samuel Sekuritas.
Sebanyak 67 saham menguat, 181 saham melemah, dan 270 saham stagnan dari 518 saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Saham-saham big cap yang merosot tajam adalah beban terberat IHSG. PT Astra International Tbk (ASII) memimpin pelemahan dengan penurunan 4,31%, diikuti oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) yang turun 4,28%.
Dari 9 indeks sektoral IHSG, sebanyak 1 indeks sektoral menguat dan 8 indeks sektoral melemah. Indeks sektor pertambangan bertahan sendirian di zona hijau dengan kenaikan tipis 0,06%.
Penguatan indeks sektor pertambangan ditopang oleh emiten produsen dan pengolahan mineral setelah pemerintah RI menegaskan tidak akan ada relaksasi terhadap aturan larangan ekspor tambang mentah.
PT Vale Indonesia Tbk (INCO) menguat 6,82%, PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (ANTM) naik 7,74%, sedangkan PT Timah (Persero) Tbk (TINS) naik 1,63%.
Indeks Bisnis27 jatuh 2,62% pada jeda siang ke level 349,34. Bisnis27 terus tertekan setelah dibuka melemah 1,3% ke level 354,07.