Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Reksa Dana Saham Kembali Jadi Penopang

Nilai aktiva bersih industri reksa dana sepanjang Mei ini naik cukup banyak dibandingkan dengan bulan sebelumnya ditopang oleh kinerja reksa dana saham.
/Bisnis
/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA--Nilai aktiva bersih industri reksa dana sepanjang Mei ini naik cukup banyak dibandingkan dengan bulan sebelumnya ditopang oleh kinerja reksa dana saham.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), selama 15 hari pada Mei ini, nilai aktiva bersih (NAB) industri reksa dana sudah naik sekitar Rp6,07 triliun atau tumbuh 2,36%.

Penambahan ini cukup signifikan mengingat pertumbuhan NAB reksa dana pada April 2015 hanya 0,7% menjadi Rp256,78 triliun dari NAB Maret yang Rp254,77 trililiun.

Sepanjang April itu, banyak investor yang redemption dari reksa dana saham. Terlihat, pada April NAB reksa dana saham turun menjadi Rp103,33 triliun dibandingkan Maret yang sekitar Rp105,27 triliun. Pada Mei ini, penopang NAB industri reksa dana justru berasal dari reksa dana saham.

Per 15 Mei 2015, NAB reksa dana saham sudah sekitar Rp108,85 triliun atau naik 5,34% dibandingkan akhir April. Adapun, NAB reksa dana pasar uang turun 1,96% menjadi Rp30,46 triliun pada Mei ini dibandingkan NAB akhir April yang mencapai Rp31,07 triliun.

Begitu juga dengan NAB pendapatan tetap yang turun tipis menjadi Rp38,71 triliun dari Rp38,83 triliun pada periode yang sama.

Sedangkan NAB reksa dana terproteksi dan reksa dana campuran mengalami kenaikan NAB tipis. NAB reksa dana terproteksi naik 1,16% menjadi Rp50,45 triliun dari Rp49,87 triliun. Kemudian, NAB reksa dana campuran juga naik tipis dari Rp18,83 triliun menjadi Rp19,13 triliun pada Mei ini.

Rudiyanto, Head of Operation and Business Development PT Panin Asset Management (PAM) mengatakan naik turunnya dana kelolaan terjadi karena dua hal, yakni perubahan indeks harga saham gabungan (IHSG) dan terjadinya transaksi jual dan beli oleh investor.

Dia menilai, melonjaknya NAB reksa dana saham pada Mei ini tidak bisa serta merta dikaitkan seluruhnya oleh kinerja pasar saham. Bisa saja, memang pada April lalu banyak investor yang investasi cukup lama melakukan redemption. Kemudian, pada Mei mereka kembali melakukan pembelian.

“Jadi memang berbeda-beda. Di Panin, ada juga institusi yang ketika IHSG turun mencapai 5.200 kemarin, itu langsung melakukan penambahan. Memang banyak yang beli, tapi ada juga yang jual,” kata Rudi ketika dihubungi Bisnis.com, Rabu (27/5/2015).

Pada intinya, kata Rudi, setiap nasabah memiliki kepentingan masing-masing dalam berinvesstasi. Ada nasabah yang memang sangat memperhatikan turun naiknya harga saham secara jangka pendek, tapi ada juga yang melakukan investasi jangka panjang sehingga tidak mengkhawatirkan gejolak pada tren jangka pendek.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper