Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Obligasi Terkoreksi, Kinerja Reksa Dana Pendapatan Tetap Diprediksi Anjlok

Setelah pasar saham terkoreksi, kini menyusul kinerja pasar obligasi ikut tertekan sehingga diprediksi membuat kinerja reksa dana pendapatan tetap bulan ini ikut terkoreksi.
Setelah pasar saham terkoreksi, kini menyusul kinerja pasar obligasi ikut tertekan sehingga diprediksi membuat kinerja reksa dana pendapatan tetap bulan ini ikut terkoreksi. /
Setelah pasar saham terkoreksi, kini menyusul kinerja pasar obligasi ikut tertekan sehingga diprediksi membuat kinerja reksa dana pendapatan tetap bulan ini ikut terkoreksi. /

Bisnis.com, JAKARTA -- Setelah pasar saham terkoreksi, kini menyusul kinerja pasar obligasi ikut tertekan sehingga diprediksi membuat kinerja reksa dana pendapatan tetap bulan ini ikut terkoreksi.

Berdasarkan data PT Infovesta Utama, sejak awal tahun hingga April 2015, kinerja return reksa dana berbasis obligasi atau reksa dana pendapatan tetap tercatat 2,46% atau bisa dikatakan paling stabil. Pasalnya, kinerja reksa dana saham pada periode yang sama tertekan cukup dalam dan underperform dari indeks harga saham gabungan (IHSG).

Kinerja reksa dana saham year to date April 2015 tercatat -5,28%, sedangkan kinerja IHSG tercatat -2,69%. Adapun, kinerja reksa dana campuran ytd April sekitar -2,54%.

Rudiyanto, Head of Operation and Business Development PT Panin Asset Management (PAM), mengatakan empat bulan pertama kinerja reksa dana pendapatan memang terus positif, meski cenderung menurun. Sementara, pada Mei ini diperkirakan mulai terkoreksi.

“Mei ini obligasi sepertinya turun. Harga turun, dan yield sudah naik tajam sejak awal tahun lalu sudah di atas 8% saat ini, pasti akan memengaruhi kinerja reksa dana pendapatan tetap,” kata Rudi kepada Bisnis, Selasa (12/5).

Menurutnya, terkoreksinya pasar obligasi saat ini juga disebabkan oleh ekspetasi investor yang tak sesuai harapan terhadap rilis data ekonomi Indonesia, terutama pertumbuhan ekonomi. Hal ini membuat investor memilih menarik dananya dari Indonesia.

“Kalau sampai akhir tahun mungkin bisa membaik, tapi tetap fluktuatif. Soalnya kondisi ekonomi juga masih ada yang tidak bagus. Dari Global juga, The Fed sudah memberikan kepastian akan menaikkan suku bunganya pada September tahun ini, jadi investor mengantisipasi,” jelasnya.

Data PT Penilai Harga Efek Indonesia (Indonesian Bond Pricing Agency/IBPA) menunjukkan yield surat utang negara (SUN) acuan tercatat 8,23% pada penutupan kemarin. Sehari sebelumnya, yield masih di kisaran 8,20%. Ini cukup melonjak tajam dibandingkan dengan pekan lalu yang 7,7% atau awal tahun di kisaran 7%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Riendy Astria
Editor : Setyardi Widodo

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper