Bisnis.com, JAKARTA--Bank Indonesia menilai depresiasi kurs rupiah ke level Rp12.836/US$ masih mencerminkan kondisi fundamental perekonomian nasional.
Gubernur BI Agus D.W. Martowardojo mengatakan perkembangan rupiah sejalan dengan perekembangan ekonomi dunia. Fluktuasi kurs dinilai bank sentral masih dalam batas yang wajar.
Berdasarkan Bloomberg Dollar Index pada hari ini, Senin (23/2/2015), rupiah dibuka melemah 0,04% ke Rp12.830/US$. Pada Jumat (20/2/2015), rupiah ditutup menguat 0,05% ke Rp12.825 /US$. Di pasar spot, rupiah turun tipis 0,09% ke Rp12.836/US$ pada penutupan.
"Perlemahan lebih karena faktor eksternal. Rupiah mencerminkan fundamental, untuk kondisi rata-rata seperti sekarang di Rp12.500-12.700/US$. Ini mencerminkan kondisi kita," tuturnya di kantor Wapres, Senin (23/2).
Agus memastikan BI selalu ada di pasar untuk menjaga volatilitas kurs mata uang Garuda agar tetap dalam kisaran yang normal.
Gubernur BI juga optimistis melihat beberapa indikator ekonomi Indonesia, seperti inflasi, cadangan devisa, dan neraca transaksi berjalan. Inflasi diharapkan dapat sesuai sasaran plus minus 4% dan cadangan devisa pada akhir Januari 2015 mencapai US$114,25 miliar.
Selain itu, BI memproyeksi persentase neraca transaksi berjalan menurun, kendati masih ada di kisaran 3% terhadap produk domestik bruto (PDB).
"Kualitas neraca transaksi berjalan jauh lebih baik, karena komponen impor yang produktif. Tetapi secara umum kuartal I/2015 akan tunjukan kondisi yang baik, bisa secara persentase itu di bawah 2% dari GDP. Nanti di kuartal II, III, IV ada sedikit peningkatan, tetapi secara panjang tahun masih ada di sekitar 3%," paparnya.
BI: Depresiasi Kurs Cerminkan Kondisi Fundamental
Bank Indonesia menilai depresiasi kurs rupiah ke level Rp12.836/US$ masih mencerminkan kondisi fundamental perekonomian nasional.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Ana Noviani
Editor : Rustam Agus
Topik
Konten Premium