Bisnis.com, JAKARTA — Bos PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) mengaku akan menambah unit pesawat yang dioperasionalkan menjadi setidaknya 100 pesawat sampai akhir 2025. Kondisi nilai tukar rupiah yang tertekan menjadi salah satu pertimbangan Garuda dalam memutuskan skema pengadaan pesawat.
Direktur Utama Garuda Indonesia Wamildan Tsani mengatakan pihaknya memproyeksikan sampai dengan akhir tahun 2025 akan memiliki kekuatan alat produksi hingga mencapai 100 armada. Meski demikian kondisi rupiah yang saat ini melemah terhadap dolar AS juga akan menjadi perhatian.
“Kita harus hati-hati [terkait dengan kondisi rupiah],” kata Wamildan kepada Bisnis, dikutip Senin (7/4/2025).
Lebih lanjut, Wamildan mengatakan saat ini Garuda Indonesia membuka semua opsi untuk kemungkinan penambahan pesawat. Berbagai skema penyewaan juga dipertimbangkan seperti wet lease (ACMI) maupun dry lease. Sebagai gambaran, Wamildan mengatakan saat ini rata-rata biaya yang diperlukan untuk menyewa satu unit pesawat dalam satu bulan yaitu sekitar US$300.000.
Adapun ambisi GIAA yang akan memiliki kekuatan alat produksi hingga mencapai 100 armada sampai akhir tahun sejalan dengan pertumbuhan industri penerbangan, terlihat dari jumlah penumpang pesawat. Optimalisasi alat produksi tersebut akan dilakukan secara bertahap dengan memperhatikan aspek Good Corporate Governance (GCG), perkembangan demand pasar, kinerja Perusahaan, serta kondisi supply chain serta berbagai faktor lainnya.
“[Jumlah penumpang versi bandara] sudah lebih baik, kita juga alat produksinya [baik],” kata dia.
Baca Juga
Adapun sejak akhir tahun 2024 hingga Kuartal I/2025, Garuda Indonesia telah mendatangkan dua pesawat berjenis narrow body tipe Boeing 737-800NG (PK-GUF dan PK-GUG). Dan mulai Kuartal II/2025 nanti, Garuda Indonesia akan segera mengoperasikan dua pesawat tambahan Boeing 737-800NG yaitu PK-GUH (MSN-44218) dan PK-GUI (MSN-44217) yang saat ini tengah menjalani proses perawatan sebelum beroperasi resmi di jaringan rute domestik maupun rute internasional Garuda Indonesia.
Pada perkembangan lain, Wamildan mengatakan sepanjang tahun 2024, Garuda Indonesia secara grup berhasil mengangkut 23,67 juta penumpang atau naik 18,54% dibandingkan sepanjang tahun 2023 yang mengangkut 19,97 juta penumpang.
Jumlah ini terdiri dari 11,39 juta penumpang Garuda Indonesia (mainbrand) serta 12,28 juta penumpang Citilink.
Peningkatan jumlah penumpang Garuda Indonesia Group sejalan dengan kenaikan frekuensi penerbangan sebesar 12,21% secara tahunan (year on year/YoY), dari 145.500 penerbangan pada tahun sebelumnya menjadi 163.271 penerbangan.
Rupiah Melemah Tembus Rp17.000
Sebagai informasi, nilai tukar rupiah di pasar NDF sempat tembus Rp17.000 per dolar AS akibat implementasi tarif impor dari AS ke sejumlah negara.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup pada level Rp16.562 per dolar AS pada 27 Maret 2025 atau sebelum libur panjang Lebaran 2025. Di sepanjang kuartal I/2025, rupiah mengalami depresiasi dalam sebesar 2,25% dengan sempat menyentuh level tertinggi pada 25 Maret 2025 Rp16.612 per dolar AS.
Usai Presiden AS Donald Trump mengumumkan pengenaan tarif impor ke sejumlah negara, termasuk Indonesia, kontrak rupiah Non-Deliverable Forward (NDF) yang diperdagangkan di pasar luar negeri terpukul menyentuh level Rp17.006 per dolar AS pada Jumat (4/4/2025) pukul 20.53 WIB.
Pada perdagangan kemarin (7/4/2025), nilai tukar rupiah di pasar NDF atau off shore masih merosot 288 poin atau 1,73% ke level Rp16.940,5 per dolar AS. Adapun, pasar dalam negeri (on shore) masih tutup karena libur Lebaran 2025 sejak 28 Maret 2025 hingga 7 April 2025.
Tak hanya Indonesia, depresiasi nilai tukar juga terjadi di sejumlah negara lain. Data Bloomberg pada Senin (7/4/2025) pukul 14.50 WIB menunjukkan baht Thailand melemah 0,71%, dolar Taiwan turun 0,30%, dan yuan China turun 0.37%. Sementara itu, yen Jepang menguat 0,90%.
Depresiasi mata uang negara berkembang ini terjadi seiring dengan pemberlakuan tarif impor oleh AS kepada sejumlah negara mitra dagangnya. Sejauh ini, pemerintah RI belum akan mengambil langkah balasan untuk tarif yang diterapkan Presiden AS Donald Trump sebesar 32% untuk Indonesia tersebut.