Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Utang Menggunung, Perusahaan CPO Bakrie Tahan Ekspansi

Utang perusahaan perkebunan kelapa sawit milik konglomerat Aburizal Bakrie yang masih menggunung membuat perseroan memilih untuk menahan ekspansi dan merestrukturisasi pinjaman.
 Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA—Utang perusahaan perkebunan kelapa sawit milik konglomerat Aburizal Bakrie yang masih menggunung membuat perseroan memilih untuk menahan ekspansi dan merestrukturisasi pinjaman.

Andi Setianto, Direktur PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk. mengatakan pada tahun depan, emiten berkode saham UNSP itu menganggarkan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp100 miliar-Rp200 miliar.

Dana belanja modal yang berasal dari kas internal itu akan digunakan untuk penanaman kebun baru dan perawatan.

Perseroan memang tidak akan banyak melakukan aksi korporasi pada tahun depan. Manajemen UNSP akan berkonsentrasi untuk memperbaiki struktur permodalan dengan cara restruturisasi utang.

Saat ini, utang jangka panjang yang jatuh tempo dalam setahun telah mencapai Rp4,8 triliun, dan utang jangka panjang mencapai Rp5,6 triliun. Secara keseluruhan, utang UNSP mencapai Rp10,4 triliun.

Ekuitas perseroan yang mencapai Rp4,7 triliun, membuat rasio utang terhadap ekuitas (debt to equty ratio/DER) UNSP mencapai 2,2 kali.

"Bisa aset dijalankan, atau utang dikurangi. Kami masih membicarakan dengan kreditor berapa porsi pengurangan utang," katanya, Rabu (10/12/2014). 

Beberapa waktu lalu, UNSP terancam gagal bayar kupon bunga dari secured equity-linked redeemable notes US$100 juta, manajemen menyodorkan opsi konversi saham bagi pemegang surat utang. Namun, perseroan telah mengajukan proposal untuk pembayaran bunga wesel bayar itu sejak beberapa waktu sebelum jatuh tempo.

Proposal pembayaran utang yang diajukan terdiri dari empat opsi a.l. pelunasan utang secara tunai, penjualan aset, mengubah surat utang menjadi saham, dan melakukan penyesuaian pelunasan utang dengan kemampuan perseroan.

"Kami tidak akan menjual aset, dari opsi tersebut kami lebih memilih untuk mengkonversi surat utang menjadi saham," ujarnya.

Menurutnya, perseroan telah melakukan pembicaraan dengan lender secara proaktif dan intensif. Ditargetkan, negosiasi itu bisa rampung pada kuartal terakhir tahun ini.

Dia mengklaim, hingga saat ini, sejumlah pemegang surat utang mendukung proposal yang diajukan oleh perseroan. Namun, manajemen perusahaan Grup Bakrie itu tetap menghormati pilihan dari para lender.

Diakuinya, keterlambatan pembayaran bunga dari secured equity-linked redeemable notes US$100 juta dengan tingkat bunga 8% itu memang dapat menimbulkan event of default.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sukirno
Editor : Nurbaiti
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper