Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Langkah Antam Antisipasi Larangan Ekspor Mineral Mentah

PT Antam (Persero) Tbk. (ANTM) menargetkan peningkatan volume penjualan emas dan feronikel pada tahun ini, sebagai bagian dari rencana antisipasi terhadap larangan ekspor bijih mineral dari Indonesia yang efektif 12 Januari 2014.
 Taman Antam/Jibi
Taman Antam/Jibi

Bisnis.com, JAKARTA - PT Antam (Persero) Tbk. (ANTM) menargetkan peningkatan volume penjualan emas dan feronikel pada tahun ini, sebagai bagian dari rencana antisipasi terhadap larangan ekspor bijih mineral dari Indonesia yang efektif 12 Januari 2014.

Seperti dikutip dari keterangan pers yang dirilis, Rabu (15/1/2014), volume penjualan emas ditargetkan naik 66% dari target pada 2013 sebesar 8,2 ton, menjadi 13,6 ton tahun ini.

Sementara, volume penjualan feronikel ditargetkan naik 11% dari target pada 2013 sebesar 18.000 ton nikel dalam feronikel (TNi), menjadi 20.000 ton TNi tahun ini.

Selain itu, Antam juga menargetkan operasi komersial pabrik Chemical Grade Alumina Tayan sudah dapat dimulai pada akhir semester I/2014.

Direktur Utama Antam Tato Miraza mengatakan pihaknya mendukung penuh kebijakan pemerintah yang melarang ekspor bijih mineral dari Indonesia dan wajib melakukan hilirisasi membangun pengolahan dan pemurnian bagi pemegang IUP dan Kontrak Karya.

“Namun sesungguhnya, kami berharap ekspor bijih mineral masih dapat berjalan sampai dengan 2017 bagi perusahaan yang sudah mempunyai fasilitas pengolahan dan pemurnian, dan yang sedang membangun fasilitas pengolahan dan pemurnian termasuk Antam,” ujarnya, Rabu (15/1/2014).

Menurutnya, keberlanjutan ekspor bijih mineral bagi perusahaan-perusahaan tambang yang serius membangun fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter), akan sangat membantu arus kas yang dibutuhkan untuk membangun dan menyelesaikan fasilitas tersebut, terlebih di tengah rendahnya harga komoditas saat ini.

 “Namun kami juga menyadari sebelum memutuskan hal ini tentunya pemerintah telah mengkaji segala aspek secara terintegrasi dan komprehensif untuk meminimalkan risiko dan dampak negatif dari keputusan ini,” sambungnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper