Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) tidak mempermasalahkan perubahan lot saham karena hal itu justru diprediksi mampu menggenjot perdagangan saham atau menjaring investor baru.
“Sebetulnya pengaruh likuiditas akan kecil karena isunya bukan di jumlah lot saham,” tutur Ketua Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) Airlangga Hartarto kepada Bisnis, Minggu (5/1/2014).
Dia mengkritik perubahan fraksi harga saham (tick price) karena kebijakan itu hanya cocok untuk harga saham di bawah Rp1.000.
Meskipun demikian, Airlangga meminta otoritas bursa gencar melakukan sosialisasi peraturan tersebut meski mulai diterapkan Senin (6/1/2014). “Perubahan lot akan membuat transaksi keliru, apalagi sudah pakai IT system,” tuturnya.
Seperti diketahui, BEI akan mengubah jumlah 1 lot saham dari 500 saham menjadi hanya 100 saham. Perubahan tersebut termasuk perubahan fraksi dan kelompok harga yang disederhanakan dari 5 kelompok menjadi 3 kelompok.
Adapun 3 kelompok fraksi harga saham tersebut adalah kelompok pertama dengan harga di bawah Rp500 memiliki perubahan harga (tick price) per Rp1 dengan pergerakan maksimal Rp20.
Kelompok kedua ditetapkan dengan harga antara Rp500—Rp5.000 memiliki perubahan harga per Rp5 dengan pergerakan maksimal Rp100.
Sementara itu, kelompok ketiga dengan harga di atas Rp5.000 memiliki tick price Rp25 dengan pergerakan maksimal Rp500.