Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Mentah Dunia Berbalik Menguat Terdorong Putusan The FED

Harga minyak naik pada perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), didorong laporan persediaan minyak AS yang bullish dan keputusan Federal Reserve AS untuk mengurangi program pembelian obligasi agresifnya.

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak naik pada perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), didorong laporan persediaan minyak AS yang bullish dan keputusan Federal Reserve AS untuk mengurangi program pembelian obligasi agresifnya.

Patokan AS, harga minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari naik 58 sen menjadi berakhir pada US$97,80 per barel di New York Mercantile Exchange.

Sementara itu untuk patokan Eropa, harga minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Februari melonjak US$1,19 menjadi menetap di US$109,63 per barel di perdagangan London.

Kenaikan terjadi setelah Badan Informasi Energi AS melaporkan bahwa persediaan minyak AS turun 2,9 juta barel, di atas 2,7 juta yang diproyeksikan oleh para analis menurut survei Wall Street Journal.

"Angka-angka bullish (bergairah)," kata Andy Lebow, wakil presiden senior di Jefferies Bache.

Lebow mengatakan data juga menunjukkan bahwa permintaan produk-produk bahan bakar minyak naik 4% dalam periode empat pekan yang berakhir 13 Desember dibandingkan dengan angka tahun lalu.

"Permintaan benar-benar bagus. itu membaik," kata Lebow.

The Fed juga menurunkan program pembelian obligasi sebesar US$10 miliar menjadi US$75 miliar per bulan.

“Kami melihat peningkatan kegiatan ekonomi dan kondisi pasar tenaga kerja selama periode tersebut konsisten dengan kekuatan yang mendasari pertumbuhan ekonomi yang lebih luas," kata The Fed dalam sebuah pernyataan setelah pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC).

Keputusan yang banyak diantisipasi itu pada awalnya mengirimkan harga minyak sedikit lebih rendah tak lama setelah pengumuman pada 19.00 GMT (Kamis 02.00 WIB). Tetapi komoditas segera pindah kembali ke wilayah positif.

"Tampaknya, melihat data, bahwa ekonomi AS membaik," kata Lebow. (Antara/AFP)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nurbaiti
Editor : Nurbaiti
Sumber : Newswire
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper