Bisnis.com, JAKARTA - Harga karet turun ke level terendah dalam kurun lebih dari satu bulan setelah yen menguat terhadap dolar AS, sehingga membuat daya tarik kontrak berdenominasi mata uang Jepang itu menurun di tengah ketidakjelasan anggaran belanja AS.
Kontrak karet untuk pengiriman Maret di bursa Tokyo Commodity Exchange merosot hingga 1,7% menjadi 265,6 yen per kilogram (US$2.717 per metrik ton) atau level terendah sejak 23 Agustus dan tercatat 267 yen pada pukul 10.23 atau 07.23 WIB.
Penurunan itu menguras keuntungan kontrak paling aktif tersebut 13% pada triwulan ini sekaligus rally terbaik sejak tiga bulan hingga 31 Desember.
Yen naik 97,53 per dolar AS atau yang tertinggi sejak 29 Agustus setelah kebuntunan dalam persetujuan anggaran belanja AS memicu investor membeli yen sebagai upaya pengamanan nilai mata uang.
Kongres AS memilih 231 lawan 192 untuk menyetop program kesehatan yang dikenal dengan Affordable Care Act yang diajukan Obama. Jika Senat juga menolak rancangan undang-undang tersebut maka pemerintah akan membatalkannya.
“Pembatalan itu bisa memperlemah konsumsi dan memperlambat pemulihan ekonomi yang akan berdampak negatif untuk pasar komoditas,” ujar Takaki Shigemoto, seorang analis riset JSC Corp. di Tokyo sebagaimana dikutip Bloomberg, Senin (30/9/2013). Penguatan yen merupakan pukulan lain terhadap kontrak karet di Tokyo.
Karet juga melemah setelah data menunjukkan produksi industri Jepang turun 0,7% selama Agustus sehingga menaikkan spekulasi bahwa permintaan akan melemah atas komoditas bahan dasar ban tersebut.
Harga karet untuk Januari di bursa Shanghai Futures Exchange naik 0,2% menjadi 20.300 yuan (US$3.311) per ton. Sedangkan pasar China akan ditutup 1-7 Oktober.