Bisnis.com, JAKARTA - Likuiditas PT.Bumi Resources Tbk (BUMI) diperkirakan hanya mampu bertahan dalam periode waktu 3-6 bulan ke depan, sehingga emiten milik Grup Bakrie berpotensi menjual aset atau melakukan restrukturisasi modal sebelum akhir tahun ini.
Dalam laporan Moody’s Investor Service bertajuk Liquidity Is Vital for Asian Coal Producers amid Oversupply and High Leverage yang dirilis Selasa (24/9/2013) disebutkan opsi yang sangat mungkin dilakukan BUMI adalah menjual non-core assetsnya seperti Bumi Resources Minerals.
Moody’s juga merevisi harga rata-rata pada 2013 untuk batu bara termal Newcastle menjadi US$80-85 per ton dan US$150 per ton untuk batu bara hard coking Queensland.
“Kami memperkirakan harga batu bara termal dan coking tidak pulih pada 2014,” tulis Moody’s dalam laporannya yang diterima Bisnis, Selasa (24/9/2013).
Hal inilah yang akan membuat kinerja Bumi serta emiten batu bara lainnya akan menjadi lebih sulit.
Namun, untuk saat ini, tiga emiten batu bara lainnya yakni PT Berau Coal Energy Tbk, PT Indika Energy Tbk dan PT Adaro Indonesia Tbk dinilai masih memiliki kas yang cukup untuk mendanai kegiatan operasional dan biaya bunga.
Ketika dimintai konfirmasi soal laporan Moody’s tersebut, Direktur dan Sekretaris Korporasi Bumi Resources Dileep Srivastava enggan berkomentar karena belum membaca laporan.
Dia hanya menyatakan tujuan BUMI adalah mengurangi utang US$1,5 miliar hingga US$2 miliar dari cost debt yang lebih tinggi dengan berbagai langkah strategis.
Secara operasional, BUMI telah menghasilkan 40,5 juta ton dan menjual 39,6 juta ton batu bara pada Januari hingga Juni 2013. Angka penjualan ini meningkat 20% dibandingkan dengan penjualan pada semester I tahun lalu
Selengkapnya baca: http://epaper.bisnis.com/index.php/ePreview?IdCateg=201309253313#