Bisnis.com, JAKARTA - Stok kopi Robusta akan anjlok hingga level terendah dalam 13 tahun setelah musim hujan berkepanjangan di Indonesia menggerus suplai, sedangkan konsumen harus menunggu tiga bulan sebelum hasil panen baru di Vietnam dikapalkan.
Intensitas hujan di kawasan perkebunan kopi di Indonesia, penghasil kopi terbesar setelah Vietnam dan Brazil, tercatat dua kali lebih tinggi dari rata-rata 30 tahun sejak April, menurut MDA Weather Services.
Stok kopi bersertifikat NYSE Liffe akan turun 34% menjadi 52.000 metrik ton pada akhir 2013 atau yang terendah sejak Mei 2000, menurut perkiraan 10 pedagang yang disurvei Bloomberg. Nilai kontrak akan naik 13% menjadi US$2.000 per ton pada saat yang sama, menurut prediksi tujuh pengamat.
Musim hujan berkepanjangan telah menyebabka penundaan panen dan mengeringnya biji kopi. Nedcoffee BV, perusahaan dagang asal Amsterdam yang berkantor di Indonesia, menyatakan pengiriman dari perkebunan kopi tercatat 16% lebih rendah dibanding tahun lalu. Stok di gudang anjlok 38% sejak pertengahan Mei setelah para pedagang di Vietnam membatasi pengiriman untuk mendapatkan harga lebih baik.
Euromonitor International Ltd. memprediksi terjadi peningkatan pasok kopi ke pasar hingga 3,6% untuk jenis kopi instan yang sebagian besar jenis Robusta hingga mencapai nilai US$29,2 miliar.
“Hingga triwulan keempat masih akan sulit,” ujar James Hearn, kepala bidang pertanian pada Marex Spectron Group Ltd. sebagaimana dikutip Bloomberg, Selasa (27/8/2013). Dia menambahkan bahwa pasar akan selalu membutuhkan stok bersertifikat. Pertanyaannya adalah sejauhmana dan seberapa cepat stok akan berkurang.