Bisnis.com, JAKARTA—Pasar obligasi domestik diprediksi bergerak datar dalam beberapa waktu ke depan hingga Bank Indonesia mengambil keputusan menaikkan atau menahan suku bunga acuan sebagai reaksi terhadap inflasi Juli.
Setelah sempat rebound pada pekan lalu, pergerakan pasar surat utang negara pada awal pekan ini ditutup dengan koreksi ringan dari empat seri obligasi acuan.
PT Penilai Harga Efek Indonesia (Indonesia Bond Pricing Agency/IBPA) mencatat imbal hasil obligasi pemerintah acuan bertenor 10 tahun FR0063 naik sebesar 12 basis poin menjadi 7,65% pada penutupan perdagangan Senin (5/8/2013) dibandingkan dengan posisi pada akhir pekan lalu 7,53%.
Imbal hasil surat utang negara acuan bertenor 5 tahun FR0066 ditutup pada level 7,10% pada harga 92,6, atau naik empat basis poin dibandingkan dengan posisi pada akhir pekan lalu.
Sementara itu, dua seri obligasi pemerintah acuan bertenor 15 tahun dan 20 tahun masing-masing juga naik sebesar empat basis poin dan dua basis poin menjadi 7,92% dan 8,06%.
Budi Susanto, Head of Debt Capital Market PT Danareksa Sekuritas, menuturkan saat ini para investor menantikan respons Bank Indonesia terhadap inflasi yang di atas ekspektasi pasar melalui kebijakan suku bunga acuan.
“Saya memperkirakan pasar akan flat hingga rapat dewan gubernur Bank Indonesia apakah akan menaikkan atau menurunkan suku bunga acuan,” ujarnya, akhir pekan lalu.
Sementara itu, data Asian Bonds Online menunjukkan indeks volatilitas obligasi pemerintah acuan bertenor 10 tahun hingga akhir pekan lalu terus meningkat mencapai level tertinggi sepanjang tahun ini yakni sebesar 0,2067.
Jika indeks volatilitas tersebut terus meningkat, maka risiko di pasar obligasi domestik juga turut naik akibat pergerakan imbal hasil yang semakin sulit diprediksi.
Ekonom Universitas Gadjah Mada (UGM) Tony Prasetiantono mengatakan dengan inflasi tahunan (year-on-year) yang sudah 8,61% pada Juli, maka BI rate 6,5% sudah kehilangan relevansinya dan mungkin akan naik ke level 7%.
Namun, Gubernur Bank Indonesia Agus D.W. Martowardojo mengisyaratkan tidak akan menaikkan suku bunga acuan mengingat inflasi tahunan 8,61% pada Juli tak jauh dari rentang perkiraan bank sentral.
Pihaknya masih akan melihat perkembangan inflasi mendatang untuk menentukan apakah BI rate 6,5% patut dipertahankan atau perlu dinaikkan.