Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Obligasi, Inflasi Kerek Yield

Bisnis.com, JAKARTA – Pengumuman laju inflasi tahunan sebesar 8,61% yang tidak terlalu jauh dari eskpektasi para investor membuat pasar obligasi domestik kembali menguat setelah sempat terkoreksi dalam beberapa hari terakhir.

Bisnis.com, JAKARTA – Pengumuman laju inflasi tahunan sebesar 8,61% yang tidak terlalu jauh dari eskpektasi para investor membuat pasar obligasi domestik kembali menguat setelah sempat terkoreksi dalam beberapa hari terakhir.

Badan Pusat Statistik mengumumkan inflasi pada Juli mencapai 3,29% akibat lonjakan beberapa komoditas sebagai dampak kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi, tahun ajaran baru dan bulan Puasa.

Di pasar obligasi skunder, data PT Penilai Harga Efek Indonesia (Indonesia Bond Pricing Agency/IBPA) memperlihatkan yield (imbal hasil) empat seri obligasi acuan pemerintah justru bergerak turun pada penutupan perdagangan, Kamis (1/8/2013).

Yield obligasi pemerintah acuan bertenor 10 tahun FR0063 ditutup melemah 17 basis poin dari 7,75% pada hari sebelumnya menjadi 7,58%. Harga surat utang tersebut naik dari 85,5477 menjadi 86,6450.

Adapun, imbal hasil surat utang pemerintah acuan bertenor pendek 5 tahun FR0066 turun 16 basis poin menjadi 7,25% dibandingkan dengan capaian pada hari sebelumnya 7,41%, dengan harga juga menguat dari 91,4036 menjadi 91.9826.

Sementara itu, yield obligasi pemerintaha acuan bertenor panjang 20 tahun FR0065 juga terkoreksi 15 basis poin dari 8,24% menjadi 8.09%, dengan kenaikan harga dari 84.3000 menjadi 85.6120.

Budi Susanto, Head of Debt Capital Market PT Danareksa Sekuritas, menuturkan jika dilihat sepintas kondisi pasar sedang anomali karena biasanya setelah pengumuman laju inflasi tinggi maka pasar akan terkoreksi akibat kekhawatiran Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan.

“Memang sepintas seperti anomlai. Namun, sebenarnya kondisi ini bisa diartikan sesuatu yang ditunggu-tunggu, yakni angka inflasi, kepastiannya sudah ada. Pasar sudah siap inflasi di 8%,” ujarnya, Kamis (1/8/2013).

Angka inflasi tersebut, lanjutnya, tidak terlalu jauh meleset dari perkiraan pasar, atau diartikan tidak naik terlalu tinggi. Dengan adanya kepastian tersebut, investor telah mendapatkan variabel penting untuk mempermudah dalam menentukan portfolionya.

Dia menjelaskan seri obligasi yang memimpin kenaikan pasar adalah surat utang yang baru diterbitkan pemerintah pada lelang, Selasa (30/7), yang pasokannya masih terbatas, serta seri benchmark 10 tahun.

“Saat ini investor sudah lebih mudah menyusun portfolionya walaupun masih ada satu variabel lagi yang ditunggu yakni suku bunga acuan,” katanya.

Herdi Ranu Wibowo, Head of Debt Capital Market PT BCA Sekuritas, menuturkan laju inflasi tahunan 8,61% tersebut masih berada dalam kisaran teratas eskpektasi investor yakni di level 9% hingga akhir tahun ini.

Dia menuturkan kemungkinan investor masih akan meminta imbal hasil yang tinggi dalam beberapa lelang surat utang negara karena adanya kekhawatiran Bank Indonesia akan kembali menaikkan suku bunga acuan.

“Mungkin BI akan kembali menaikkan suku bunga sekitar 25 basis poin,” tutur Budi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maftuh Ihsan
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper