Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

HARGA MINYAK: Penurunan Masih Berlanjut

BISNIS.COM, NEW YORK--Harga minyak merosot pada Selasa (Rabu pagi WIB), setelah OPEC sedikit menurunkan prospek permintaan global tahun ini dan melaporkan peningkatan produksi pada Mei.Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet atau West Texas

BISNIS.COM, NEW YORK--Harga minyak merosot pada Selasa (Rabu pagi WIB), setelah OPEC sedikit menurunkan prospek permintaan global tahun ini dan melaporkan peningkatan produksi pada Mei.

Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli, ditutup pada US$95,38 per barel, turun 39 sen dari posisi Senin.

Di perdagangan London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Juli, kontrak acuan Eropa, turun 99 sen menjadi menetap di US$102,96 per barel.

Dalam laporan pasar minyak Juni, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) memperkirakan permintaan global 2013 mencapai 89,65 juta barel per hari, turun tipis dari perkiraan bulan sebelumnya sebesar 89,66 juta barel per hari.

"Ini adalah penurunan kecil tetapi dikombinasikan dengan peningkatan dalam produksi barel, yang mendorong harga lebih rendah," kata John Kilduff dari Again Capital.

OPEC, mengutip sumber-sumber sekunder, mengatakan produksinya pada Mei rata-rata 30,57 juta barel per hari, naik 106.000 barel dari April, terutama karena peningkatan dari Arab Saudi.

Kartel minyak itu memproyeksikan permintaan 2013 naik 780.000 barel per hari dari permintaan tahun lalu, dengan sebagian besar peningkatan karena China dan negara-negara lain yang bukan dalam klub negara maju OECD.

Menurut OPEC perkiraan penurunan permintaan tidak hanya di OECD, tetapi juga di negara-negara berkembang. Laporan OPEC menggarisbawahi risiko untuk perkiraan jika pertumbuhan ekonomi gagal berbalik naik pada semester kedua, kata Timothy Evans dari Citi Futures.

"Kekhawatiran utama adalah pasokan fisik berlimpah." Harga minyak jatuh pada Senin (10/6/2013) menyusul indikator ekonomi lemah di China, yang merupakan mesin pertumbuhan dunia.

Analis Sucden Kash Kamal yang berbasis di London, mengatakan data China mengecewakan yang keluar selama akhir pekan memberikan resistensi terhadap kemungkinan kenaikan jangka pendek.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis :
Editor :
Sumber : Antara/AFP
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper