BISNIS.COM, JAKARTA— Peraturan Presiden mengenai low carbon emission program (LCEP) kabarnya akan segera disahkan, seiring persetujuan yang telah disetujui oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono serta revisi yang sedang dilakukan oleh Kementerian Keuangan.
Seperti diketahui, Peraturan Presiden tengang LCEP direncanakan sebagai payung hukum program pemerintah untuk mendorong produksi dan penggunaan mobil ramah lingkungan baik yang tergolong low cost green car (LCGC), mobil bertenaga hybrid, dan mobil listrik.
Dengan adanya hal tersebut, tentu akan memengaruhi sektor otomotif, terutama volume pejualan mobil di Indonesia. Namun, selain isu tersebut, pada bulan ini, harga BBM bersubsidi yang hampir dipastikan naik pada pertengahan bulan ini juga sangat terkait erat dengan sektor otomotif.
Bagaimanakah potensi kinerja perusahaan-perusahaan otomotif dengan adanya dua isu tersebut? dan bagaimanakah pergerakan harga saham emiten-emiten yang tergabung di sektor otomotif dan komponennya?
Kepala Riset PT Trust Securities Reza Priyambada menilai pelaku pasar lebih baik wait and see terhadap sektor tersebut.
Dia mengatakan kendaraan sudah menjadi bagian dari kebutuhan sehari-hari sama seperti rumah dan makanan. Sehingga potensi kenaikan volume penjualan akan tetap ada. Namun, dia juga mengingatkan tetap harus diperhatikan adanya rencana kenaikan harga BBM bersubsidi.
Pada tahun lalu, lanjut dia, penjualan mobil tembus 1,12 juta atau naik 25%. Tahun ini dia memprediksi jika ada perlambatan, penjualan mobil diperkirakan masih dapat naik 3,5%-4%.
“Nanti kalau sudah ke luar bocoran atau data resmi bahwa penjualan mobil LCGC naik, maka pelaku pasar melakukan adjustment terhadap saham-saham sektor otomotif. Selain itu kan ada pula rencana kenaikan BBM bersubsidi. Saat ini lebih baik wait and see dulu. Lihat demand pasar seperti apa,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (3/6/2013).
Secara terpisah, Analis PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Ahmad Sudjatmiko menilai dengan adanya potensi kenaikan harga BBM bersubsidi dapat menekan sektor otomotif untuk jangka pendek.
Sementara itu, jika sudah ada kejelasan tentang LCEP dan penjualan mobil-mobil jenis tersebut mulai dilakukan, minat pasar terhadap produk itu memang akan ada, apalagi dengan harga yang terjangkau.
“Tetapi, margin dari penjualan produk mobil-mobil LCGC itu kan tidak sebesar margin mobil saat ini. Jadi harus dilihat dulu, bagaimana penjualan mobil itu. Meskipun margin tipis, tetapi volume penjualan besar kan cukup bagus juga terhadap kinerja emiten di sektor otomotif,” ungkapnya.
Sementara itu, pada siang ini pukul 11:48 WIB dari 12 saham di sektor otomotif dan komponennya, tercatat sebanyak enam saham menguat yakni GJTL, INDS, MASA, NIPS, PRAS, dan SMSM.
Adapun dua saham melemah yakni AUTO dan LPIN, dua saham stagnan yakni ASII dan IMAS. Dua saham lainnya yakni BRAM dan GDYR belum terlihat ada transaksi. (ltc)
| Perubahan (%) | Harga (Rp) |
ASII | - | 7.050 |
AUTO | -1,74 | 4.225 |
BRAM | - | - |
GDYR | - | - |
GJTL | +2.33 | 3.300 |
IMAS | - | 5.250 |
INDS | +1,2 | 4.200 |
LPIN | -0,88 | 5.650 |
MASA | +1,33 | 380 |
NIPS | +0,56 | 9.050 |
PRAS | +12,5 | 360 |
SMSM | +1,96 | 2.600 |
Sumber: Bloomberg